34. Langit

4.3K 389 13
                                    


Asta memandang langit penuh bintang, menghirup udara malam sambil menyesap kopi kesayangannya. Ia memikirkan masa depannya, beberapa bulan lagi ia akan lulus dan menjalani masa kuliah. Kelulusan sudah di depan mata, namun Tisha tidak kunjung ada kabarnya.

"Sha, bentar lagi kita lulus. Gaada niatan mau pulang?" Asta berbicara sambil menghadap langit, seolah-olah meminta langit untuk menyampaikan pesannya pada Tisha.

"Cepet pulang ya cantik, aku tau kamu masih ada," Asta tersenyum getir.

"Kamu baik-baik aja disana kan? apa yang dibilang Renata pasti ga bener," Asta mencoba meyakinkan dirinya.

"Aku tau kamu masih bertahan, leukimia itu pasti udah pergi ya kan cantik?" tubuh Asta melemas.

"Bulan, lo baik kan? sampein salam gue buat si cantik ya," Asta berucap harap.

Asta menghela nafas pelan, biasanya malam seperti ini ia suka mengujungi Tisha, mengajak gadis itu menikmati udara malam. Hidupnya hampa, seperti .. susah dijelaskannya, kalian yang pernah mengalami patah hati pasti paham.

"Gila gua lama lama Sha karna lo," eluh Asta.

"Bentar lagi gua sama yang lain mau lulus, lo gamau balik?" laki-laki itu berucap sambil mengadah menatap langit.

"Ah, anjing." umpatnya.

Asta membuka ponselnya, ia kembali mengirimkan pesan kepada Tisha. Walaupun ia tahu, tak akan ada balasan dari gadis itu.

 Walaupun ia tahu, tak akan ada balasan dari gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ga dibales lagi ya," lirih Asta.

Asta mengusap rambutnya, ia mendongakkan kepala keatas. Pikirannya kalut, sebentar lagi kelulusan. Ia sudah harus menentukan akan melanjutkan pendidikan kemana, dan pada bidang studi apa. Belum lagi ia harus berusaha mendapat nilai ujian yang besar, agar tidak mengecewakan Mama dan Papa nya.

Sebenarnya untuk masa depan Asta tidak perlu cemas lagi, Papa nya juga menyuruhnya untuk melanjutkan perusahaan keluarga. Bukan hanya satu perusahaan, tapi banyak bahkan beberapa cabangnya berada di luar negri. Bagi Asta itu memang sudah lebih dari cukup, tapi ia tak mau.

Asta ingin menunjukan pada keluarganya, bahwa ia juga bisa berdiri dengan namanya sendiri. Menghasilkan uang tanpa campur tangan orang tuanya, dan bisa menaikkan derajat keluarganya lebih dari sekarang.

Asta tau itu semua tak mudah, apalagi bila ia ingin lebih sukses dari Papa nya, ia harus berusaha ekstra maksimal. Oleh karna itu, Asta sekarang mulai membaca dan mempelajari materi-materi yang kira-kira akan keluar diujian nanti.

Ketika sedang memikirkan masa depan, tiba-tiba ponsel Asta berbunyi tanda ada notif yang masuk. Ia segera membukanya, berpikir bahwa itu adalah pesan dari Tisha.

Ternyata salah, notif itu berasal dari grup chatnya bersama kelima sahabatnya. Zeo mengirimkan pesan, Asta penasaran dan membukanya.

 Zeo mengirimkan pesan, Asta penasaran dan membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GEESHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang