🌱2. Saingan dalam hal apa pun

2.5K 211 4
                                    

"Kenan ganteng banget, sih? Gue rela jadi pembantunya Kenan asal tiap hari lihat dia."

"Hahahaha, gila lo!"

Keira memijat pelipisnya pelan, dia merasa frustasi mendengar nama Kenan terus saja disebut.

Benar kata Diana, Kenan menjadi incaran hampir semua cewek di sekolah, tapi hanya Klara yang berani mendekati cowok itu.

Cewek lainnya hanya berani membicarakan Kenan di belakang, dari yang Keira dengar, tak ada yang berani bersaing dengan Klara.

Keira kembali menatap bukunya, ini hari kedua Keira bersekolah di sini, dia bahkan belum mendapat teman satu pun, hanya Diana temannya saat ini, itu pun karena cewek itu sepupunya.

Dia kesal karena Diana tidak satu kelas dengannya, alhasil Keira tidak memiliki teman ngobrol.

Teman sebangkunya sejak kemarin bahkan tidak mengajaknya bicara, cewek yang duduk di sebelahnya itu hanya peduli dengan novel yang dibacanya seperti sekarang ini.

"Chik lo nggak bosen baca novel terus?" tanya Keira, ia mencoba basa-basi pada Chika.

Chika yang duduk di sebelah Keira segera menoleh. Ia menggeleng cepat lalu membaca novelnya lagi.

Keira yang melihatnya hanya menghela napas kesal, bel sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, tapi guru belum juga masuk ke dalam kelas.

Karena bosan, Keira akhirnya keluar dari kelas sebelum guru yang mengajar masuk.

Ia berjalan ke arah taman belakang, baru dua hari bersekolah, rasanya ia sudah ingin membolos pelajaran saja.

"Keira?"

Merasa namanya dipanggil, Keira segera menoleh dan melihat Kenan yang berjalan ke arahnya.

"Lo ngikutin gue?" Keira menyipitkan matanya, ia menatap Kenan dengan curiga.

"Hm, gue lihat lo keluar kelas tadi," ucap Kenan, perkataanya memang benar, karena kelasnya bersebelahan dengan kelas Keira.

"Mau apa lo?"

Kenan semakin mendekat dan gerakan cowok itu membuatnya curiga.

"Gue mau minta maaf soal kemarin, dan lo nggak ingat sama gue?" Kenan menatap Keira penuh harap.

Keira menaikan sebelah alisnya, dia memang merasa wajah Kenan familier, tapi, ingatan Keira memang buruk dalam hal mengingat wajah dan nama seseorang.

"Lo siapa emangnya?"

"Jadi benar, ya, lo lupa sama gue?" Kenan lemas seketika, kemarin dia masih berpikir kalau Keira ingat padanya.

Lagi pula, ini bukan salah Keira sama sekali, dia bahkan hanya berbicara pada Keira satu kali saat dulu.

"Gue Ken, cowok gendut yang waktu itu ngomong sama lo," ucap Kenan, ia berharap Keira akan mengingatnya.

Keira ingat, cowok bodoh yang dulu pernah menyukai Klara, bahkan saking bodohnya cowok itu rela saja menjadi bahan lelucon Klara.

"Oh, cowok bego yang suka sama Klara dulu?"

Kenan tersenyum masam, walau Keira mengingatnya, itu bukan ingatan yang bagus.

"Hm, dan waktu itu lo nolong gue," ujar Kenan.

Keira tak mengerti dengan kata menolong yang Kenan maksud, padahal dia waktu itu hanya melemparkan kata-kata biasa, dan ia tidak menyangka kalau cowok itu masih mengingatnya.

"Sejak pertama kali gue bicara sama lo, gue sadar satu hal, kalau hidup gue  berharga. Dan lo satu-satunya cewek yang bilang kalau gue tampan pada saat itu." Kenan mengatakan itu dengan senyuman.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang