🌱 19. Untuk hati yang pernah terluka

517 59 7
                                    

Pulang sekolah Keira memutuskan untuk ke rumah sakit, ia sudah tidak tahan diteror Kenan. Cowok itu terus saja mengirimi pesan dan meneleponnya. Tak hanya sekali tapi berkali-kali.

Jadi, untuk meredakan kegilaan Kenan, kini Keira akan menjenguk pacar gantengnya itu. Dia masuk ke dalam ruang rawat Kenan tanpa mengetuk terlebih dahulu, Keira bisa melihat Kenan yang asik bermain dengan ponselnya.

"Ken," panggil Keira pelan.

Sontak saja Kenan mendongak mendengar suara gadisnya, sejujurnya Kenan sangat senang, tetapi dia hanya ingin mengerjai Keira saja. Jadi, ia memutuskan untuk bersikap jutek pada Keira.

"Ngapain kamu ke sini?" Kenan mulai berakting merajuk, dia melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya memicing tajam pada Keira yang kini tengah menatapnya dengan tatapan bingung.

Keira menaikan sebelah alisnya, perubahan sikap Kenan membuatnya heran. Setahunya tadi Kenan masih mengirimi pesan untuknya, menyuruh agar Keira segera datang ke rumah sakit.

"Jadi nggak boleh datang ke sini?"

Kenan gelagapan, niatnya hanya untuk mengerjai Keira malah berakhir seperti ini. Kenan hanya ingin Keira membujuknya, tetapi mungkin keinginan Kenan tak akan pernah terwujud. Keira saja cuek sekali seperti itu.

"Ken, kalau kamu diem aja, aku bakalan pulang lagi nih," seru Keira.

"Jangan dong! Kamu, kok, gitu sih? Aku lagi sakit lho ini," ujar Kenan cemberut, dia mengkode dengan tangannya menyuruh Keira mendekat.

Keira berdiri di sebelah Kenan, cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu segera memeluknya. Keira hanya menepuk punggung Kenan dan balas memeluk cowok itu.

"Kamu nggak peka banget," kata Kenan tanpa melepas pelukannya.

"Maksud kamu?"

"Aku kangen, Kei. Kok kamu nggak angkat telepon aku, bahkan semua pesan yang aku kirim, nggak ada satupun yang kamu bales," gerutu Kenan.

Keira hanya berdecak kesal, baru saja satu hari dia mengabaikan Kenan, cowok itu sudah seheboh ini, apalagi nanti kalau Keira tidak mengabarinya selama satu minggu. Mungkin nanti Kenan akan uring-uringan.

"Aku sibuk, Ken." Keira berkata seraya melepaskan pelukannya.

Kenan membuang muka, ia sejujurnya masih ingin berada di pelukan Keira. Tetapi, tentu saja dia malu untuk mengatakannya. Karena ia tidak mau Keira merasa tidak nyaman.

"Ken, kamu dengar aku ngomong nggak sih?" Keira berseru kesal, ia sejak tadi bicara tapi Kenan malah melamun, jangan-jangan cowok itu tengah memikirkan cewek lain. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, Keira memukul bahu Kenan.

"Aww, sakit, Sayang." Kenan mengelus bahunya yang terasa sakit, pukulan Keira memang tidak main-main. Pacarnya itu mungkin menggunakan tenaga dalam untuk memukul Kenan.

"Rasain, siapa suruh mikirin cewek lain. Aku nggak suka––"

"Bentar deh, siapa yang mikirin cewek lain?" Kenan bingung, ia tidak mengerti arah pembicaraan Keira.

"Kamu dari tadi aku ngomong malah ngelamun, pasti lagi mikirin cewek lain, kan? Dasar cowok!"

Kenan menganga, dia tidak menyangka kalau Keira sampai berpikir sejauh itu. Padahal tadi dia melamun karena memikirkan Keira. Namun, diam-diam Kenan tersenyum miring.

"Kamu cemburu, ya? Ngaku aja deh. Cemburu juga nggak apa-apa. Wajar sih kalau kamu cemburu, soalnya aku ganteng. Pasti banyak yang suka sama aku," tukas Kenan dengan percaya diri.

Keira yang mendengarnya hampir pingsan di tempat, dia tidak tahu kalau Kenan menyimpan rasa percaya diri yang tinggi seperti ini. Seingatnya dulu cowok itu tidak seperti itu.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang