🌱 25. Pertemuan tidak terduga

392 43 0
                                    

Kenan mengejar langkah Keira yang berjalan meninggalkannya, saat sudah sampai di luar rumah. Mereka berdua dikejutkan dengan kedatangan mobil yang terlihat asing di mata keduanya.

"Siapa itu Kei?" tanya Kenan penasaran.

"Nggak tau," jawab Keira yang ikut bingung, ia menyipitkan matanya mencoba melihat lebih jelas siapa orang itu.

Kenan dan Keira tidak kunjung pergi, mereka berdua masih menunggu orang yang akan keluar dari mobil mewah itu.

Saat orang yang mengendarai mobil keluar, sontak saja Keira membelalakkan matanya kaget begitupun dengan Kenan. Kedua remaja itu terkejut bahkan rasa terkejutnya belum hilang hingga lelaki yang mengendarai mobil itu berjalan mendekat.

"Hallo, Keira. Mama kamu ada 'kan?" tanya lelaki itu yang tentu saja Keira kenal.

Kenan mencoba menyenggol lengan Keira agar cewek itu sadar, pasalnya sejak tadi pacarnya itu hanya melongo dan tidak merespon ucapan om-om di depannya.

"Keira?" panggil Kenan cukup keras.

Keira segera tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Kenan, ia segera menatap Om Roby–– lelaki yang sedang dekat dengan mamanya.

"Ada kok," jawab Keira singkat, matanya sesekali melirik cowok remaja di sebelah Om Roby.

"Baiklah, ngomong-ngomong kamu mau ke mana? Nggak ikut makan malam bersama?" tanya Om Roby pada Keira.

Keira segera menggeleng, mana mau dia ikut makan malam lagi, cukup sekali saja waktu itu yang tidak berjalan dengan baik.

"Nggak, Om." Keira segera menarik tangan Kenan agar segera pergi.

Akan tetapi, sebelum langkah Keira semakin menjauh, Om Roby segera mencegahnya untuk pergi.

"Kei, sebentar," katanya.

Dengan terpaksa Keira menghentikan langkahnya, ia menaikan sebelah alisnya bingung. Meski Keira dilanda penasaran, akan tetapi ia tidak akan menunjukkannya di depan Om Roby ini.

"Kenalin ini anak Om, namanya Karlos," kata Om Roby mengenalkan remaja cowok di sebelahnya.

Keira mengangguk kaku, begitupun dengan Kenan yang hanya diam membisu di sebelahnya. Suasana terasa canggung, karena Keira tidak tahu harus merespon seperti apalagi.

Dalam hati Keira sangat kesal, kalau mamanya akan menikah dengan om-om di depannya ini, berarti dia akan menjadi saudari tiri Karlos. Hanya membayangkan saja dia sudah merasa emosi.

"Kita satu sekolah, Yah," kata Karlos pada ayahnya.

"Oh, ya? Bagus dong kalau begitu, berarti kalian sudah saling mengenal dan akrab."

Keira dengan cepat menggeleng, mana mungkin dia akrab dengan Karlos. Apalagi Karlos yang selalu ikut campur segala urusannya.

Kenan yang berdiri di sebelah Keira tidak banyak bicara, dia tidak akan ikut campur masalah ini.

"Kita nggak terlalu dekat, kok, Om," ujar Keira.

"Kenapa begitu?" tanya Om Roby, ia melihat wajah Keira yang terlihat enggan untuk mengatakan sesuatu.

"Soalnya Karlos kayaknya benci sama aku," ucap Keira dengan wajah sedih.

Kenan menyenggol lengan Keira dengan pelan, ia mencoba memberi kode agar Keira tidak berbicara aneh-aneh. Namun, Keira seakan tidak peduli dengan tindakan Kenan.

"Benar begitu Karlos?" tanya Om Roby pada anaknya itu.

Karlos membuang wajahnya ke sembarang arah, ia tidak ingin mengatakan apapun sebagai bentuk kekesalannya. Om Roby nampaknya tahu kalau anaknya sedang tidak ingin diajak bicara, alhasil dia mencoba tersenyum pada Keira.

"Maaf, ya, Keira. Karlos kayaknya nggak mau mengaku."

"Ayah, aku nggak merasa punya salah sama dia," kata Karlos seraya menunjuk ke arah Keira. Dia tidak terima jika harus menjadi pihak yang disalahkan.

"Karl, kamu jangan bikin ulah sama Keira lagi, kalian berdua bentar lagi akan jadi saudara," ujar Om Roby pada anaknya.

Karlos dan Keira sama-sama menekuk wajahnya, mereka berdua seakan belum rela bila harus menjadi keluarga. Apalagi Keira yang belakangan sangat kesal dengan Karlos.

"Kalau begitu Kei mau pergi dulu, Om," kata Keira yang kembali melanjutkan langkahnya, di belakang Keira, ada Kenan yang mengikuti langkah cewek itu.

Saat keduanya berada di dalam mobil, Keira lebih banyak diam karena banyak pikiran. Sedangkan Kenan belum juga melajukan mobilnya karena khawatir dengan cewek yang duduk di sebelahnya itu.

Tak ada yang tahu bagaimana perasaan Keira, bahkan kini Kenan ingin sekali mengetahui perasaan pacarnya yang tak kunjung membuka suara.

Terdengar helaan napas lelah dari sebelahnya, sontak saja Kenan kembali mengarahkan atensinya pada Keira. Cewek itu terlihat memijat pangkal hidungnya.

"Kei, kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Kenan. Ia menggenggam tangan Keira.

"Aku nggak baik-baik aja, kamu tau sendiri alasannya, Ken," ujar Keira, ia tak akan menutupi apa pun, karena sejujurnya dia juga lelah menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya.

"Kamu butuh bantuan?"

"Nggak ada yang bisa kamu bantu, karena ini masalah keluarga," balas Keira.

Kenan menarik Keira ke dalam pelukannya, ia harap Keira sedikit lebih tenang dan tidak banyak pikiran. Tangan Kenan bergerak mengelus lembut rambut Keira, membuat cewek yang berada di dalam dekapannya merasa tenang.

"Jadi gimana, masih mau jalan?"

"Masih dong."

Usai mendengar ucapan Keira, Kenan langsung melepaskan pelukannya dan segera melajukan mobilnya ke tempat tujuan. Tetapi tangan Kenan masih setia menggenggam tangan Keira dengan erat, menyalurkan kekuatan agar gadis kesayangannya merasa lebih baik.

___

Keira dan Kenan tengah duduk saling berhadapan di sebuah restoran seafood. Keira menopang dagunya dengan tangan, dan sesekali matanya bergerak mengamati sekitarnya. Sedangkan Kenan hanya fokus memerhatikan segala hal yang dilakukan Keira.

Kenan berhenti menatap Keira saat pelayan sudah datang menghidangkan makanan, dia cukup banyak memesan makanan kesukaan Keira. Berbanding terbalik dengan Kenan yang tampak antusias untuk makan malam bersama, Keira justru menampilkan wajah cemberut sedari tadi.

"Kamu kenapa lagi? Nggak suka sama makanannya?" tanya Kenan yang tak kunjung melihat Keira menyentuh makanannya.

"Aku suka, kok."

"Terus kenapa?"

"Aku lagi mikir buat nggak pulang ke rumah, malam ini." Keira mengambil jus jeruk di dekatnya lalu meminumnya secara perlahan.

Kenan tentu saja terkejut dengan ucapan Keira, lalu ia bertanya, "Kamu mau tidur di mana?"

Keira mengedikkan bahunya, ia juga tidak tahu akan ke mana. Tetapi yang pasti tujuannya bukan pulang ke rumah, saat ia mengetahui ada Om Roby di rumahnya, Keira enggan untuk pulang.

"Ke hotel mungkin," ujar Keira pelan.

"Aku ikut, ya, boleh?" Kenan menyeringai.

Keira mencibir, ia mendelik pada Kenan lalu menggeleng.

"Nggak!" Keira menolak dengan ketus.

"Ck, ya udah, kamu tidur di apartemen aku aja," ucap Kenan.

"Kamu punya apartemen?" tanya Keira, selama ini dia pikir Kenan tinggal di rumah orang tuanya.

"Punya, tapi sekarang aku tinggal di mansion sejak kecelakaan," tukas Kenan.

"Oke."

Keira tidak akan menolak kebaikan Kenan, biar saja malam ini dia tidak pulang. Keira sudah terlanjur kesal usai bertemu dengan Karlos dan ayahnya.

____

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang