🌱 10. Karl & Ken

704 63 2
                                    

Malam ini Keira memilih memakai gaun warna hitam tanpa lengan, rambutnya dia biarkan tergerai dan semakin membuatnya memesona. Alih-alih turun ke bawah dan menemui mamanya. Ia lebih memilih untuk duduk di depan meja riasnya.

Sampai ketukan di pintu kamar berbunyi, Keira enggan beranjak dari tempat duduknya, matanya masih mengarah cermin dengan tatapan kosong. 

"Kei, dari tadi Mama panggil, kok kamu nggak keluar kamar, sih?"

Keira melirik mamanya yang kini sudah menerobos masuk ke dalam kamarnya, ia hanya menghela napas panjang, raut wajahnya bahkan tampak murung tidak seperti sang mama yang terlihat sumringah.

"Ih, muka kamu jelek banget, senyum dong, Sayang." Vera berkata seraya berjalan menuju lemari putrinya yang berisi koleksi tas mahalnya.

"Ma, emang Kei harus banget ikut, ya?" tanya Keira, ia melirik mamanya yang sedang memilih salah satu tasnya.

"Harus dong, kamu ini gimana, sih, Kei. Nanti Om Roby juga bawa anaknya. Katanya seumuran sama kamu lho."

Keira hanya diam, dia menopang dagu di depan meja rias, tangannya memainkan ponsel. Dia bimbang antara menelepon Kenan atau tidak. Cowok itu belum mengabari dirinya sama sekali.

"Kei, kamu mau tas yang mana?"

"Terserah Mama aja."

"Yang warna pink atau hitam?"

"Hm."

Vera berdecak kesal melihat respon yang diberikan putrinya, ia menyerahkan tas berwarna hitam pada Keira. Putrinya tampak tidak bersemangat. Dengan helaan napas kasar, Vera berjalan mendekat, dia mencoba menepuk pundak putrinya itu.

"Kamu lagi banyak pikiran?"

"Nggak juga, Ma," ujar Keira.

"Kamu kelihatan nggak fokus, Kei. Coba cerita sama Mama," kata Vera masih memaksa.

Keira berdecak kesal, ia menoleh pada mamanya lalu berkata, "Ma, Keira males ikut acara makan malam kayak gini, mending di rumah, tiduran atau nonton drakor sampe pingsan," tukas Keira yang malah mendapatkan pelototan dari mamanya.

"Kei, ini tuh acara penting."

"Penting bagi Mama, tapi enggak buat aku," tukas Keira. Dia beranjak dari duduknya lalu keluar dari kamar.

Vera melihat anaknya yang sudah keluar terlebih dahulu dari kamar, ia melihat tingkah putrinya yang seperti anak kecil saja.

Dengan terpaksa, Keira akhirnya mengikuti kemauan mamanya untuk makan malam bersama Om Roby, setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya ia sudah sampai di restoran mewah.

Keira berdecak kagum, selera mamanya benar-benar tinggi. Lelaki itu pasti berasal dari kalangan atas.

Keira dan mamanya masuk bersama, tampak jelas wajah mamanya yang sangat antusias. Keira hanya mengikuti dengan pasrah.

"Ma, lama banget, sih?"

Sudah beberapa kali Keira merengek, ia sebal sekali dengan lelaki pilihan mamanya itu, karena sudah telat selama setengah jam. Keira mulai kesal, wajahnya terlihat sangat ingin pulang saat ini juga.

"Sabar, Kei. Ini Mama lagi coba hubungi Om Roby," kata mamanya yang terlihat panik.

Keira menghela napas panjang, dia paling benci menunggu. Apalagi ini sudah lumayan lama, sedari tadi mamanya terlihat panik menelepon pria itu, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban.

"Kei, Mama ke toilet sebentar, ya."

Keira hanya bergumam, dia mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Tak ada satu pun notifikasi yang masuk, Keira kesal. Dia menunggu pesan dari Kenan yang tak kunjung mengabari.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang