Pagi-pagi sekali Keira sudah bangun, ia kini tengah menyuapi Kenan bubur. Cowok itu tampak lahap menerima suapan dari Keira, padahal sebenarnya Kenan tidak menyukai bubur, akan tetapi kalau disuapi Keira dia takkan menolak.
"Lagi dong, Sayang," kata Kenan dengan manja.
Keira mengernyit heran, dia bergidik ngeri melihat sikap Kenan yang tiba-tiba manja seperti ini. Apalagi cowok itu sekarang menampilkan wajah yang menggemaskan.
"Udah abis, Ken. Biasanya kamu juga nggak suka bubur," ujar Keira, ia mengambil gelas lalu menyerahkan pada Kenan.
"Kalau kamu yang suapin aku suka," balas Kenan santai.
Keira mencebik, ia paham betul kalau Kenan hanya mencari kesempatan saja padanya, dan tak bisa disangkal bahwa hati Keira merasa senang.
"Kamu kapan pulang, Ken? Karlos aja udah pulang lho. Lagian kamu nggak parah banget," celetuk Keira. Ia bisa melihat raut wajah Kenan yang tiba-tiba cemberut.
"Aku masih pengin di sini," jawab Kenan.
"Kamu gila, ya. Terus gimana sama sekolah kamu?" Keira menggeleng tak habis pikir. Kenan sudah lama tak masuk sekolah, dia tahu kalau Kenan pintar, tetapi cowok itu tidak bisa seenaknya sendiri.
"Nanti deh, aku masih sakit tau," tukas Kenan, cowok itu memperlihatkan wajah lesunya dan berharap Keira akan percaya.
"Bohong banget," gumam Keira.
Keira melirik jam tangannya, dia harus segera pulang untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Katanya Mama Kenan akan ke sini untuk mengantar Keira pulang, tetapi cewek itu tidak ingin merepotkan Mama Kenan.
"Aku pulang dulu, ya."
"Kok pulang, sih? Udah kamu di sini aja sama aku," kata Kenan merajuk, dia mencoba untuk menahan Keira agar tetap menemaninya.
Namun, Keira tentu saja menolak, ia akan merasa bosan kalau terus berada di sini. Lagipula Kenan sudah besar, cowok itu tidak perlu ditemani lagi.
"Nggak, aku mau ke sekolah," jawab Keira ketus.
"Kamu kenapa jadi rajin ke sekolah, sih? Biasanya juga sering bolos," kata Kenan, ia merasa akhir-akhir ini Keira jadi lebih rajin, bahkan saat menemaninya Keira sering kali sambil membaca buku.
"Aku 'kan emang rajin," kata Keira berkilah. Ia bahkan tak segan-segan menjitak kepala Kenan guna melampiaskan kekesalannya.
"Aduh, sakit, Sayang. Kejam banget kamu," tukas Kenan. Dia menarik tangan Keira, alhasil badan cewek itu semakin dekat dengan Kenan. Tak ingin membuang kesempatan, Kenan segera memeluk perut Keira.
Keira tersentak kaget, ia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Ia merasakan Kenan yang semakin mengeratkan pelukannya, membuat wajah Keira tiba-tiba memanas.
Cklek.
Pintu ruangan terbuka, Mama Kenan masuk ke dalam dan membuat kedua remaja itu langsung melepaskan pelukannya. Keira segera menjauh dari Kenan, dia merasa sangat malu kerena kepergok tengah berpelukan dengan Kenan.
"Aduh, Mama kayaknya ganggu, ya?" Mama Kenan berkata seraya tersenyum menggoda.
Keira mendadak salah tingkah, ia melirik Kenan yang terlihat biasa saja, seolah kejadian tadi bukanlah masalah besar.
"Iya, Mama ganggu aja, padahal Kenan lagi mesra-mesraan sama Kei," kata Kenan tanpa tahu malu.
Keira melotot, ia diam-diam mendekati Kenan dan mencubit lengan cowok itu. Kenan mengaduh kesakitan saat merasakan cubitan dari Keira. Sepertinya pacarnya ini sangat suka mencubit.
"Hm, kalau gitu Mama pulang aja deh, kayaknya kalian berdua nggak mau diganggu."
"Jangan, Tante. Aku yang mau pulang." Keira segera mencegah Mama Kenan, bisa gawat kalau dia ditinggalkan hanya berdua dengan Kenan lagi.
"Oh iya, Tante lupa kalau kamu harus ke sekolah, ya udah Tante antar kamu pulang sekarang, ayo." Mama Kenan menawarkan untuk mengantar Keira pulang.
"Nggak perlu, Tante." Keira segera menggeleng, dia ingin pulang sendiri saja.
"Lho kenapa memangnya? Ayo, nggak perlu malu-malu gitu."
"Udah sana, Kei. Pulang sama calon mertua," kata Kenan seraya menaik turunkan alisnya.
Calon mertua katanya, Keira benar-benar ingin menutup mulut Kenan yang suka berbicara sembarangan. Mama Kenan juga hanya tersenyum menanggapi perkataan putranya, hanya Keira di sini yang merasa malu-malu.
"Ayo, Kei."
"Baik, Tante."
Kalau sudah seperti ini, mana mungkin Keira bisa menolak.
___
Keira tersenyum puas melihat hasil ulangannya, ia mendapat nilai hampir sempurna. Tidak sia-sia dia belajar semalaman.
"Ulangan kali ini, Keira yang mendapatkan nilai tertinggi," kata Pak guru.
Keira semakin melebarkan senyumnya, kalau sudah seperti ini, berarti nilai Klara berada di bawahnya. Ia melirik Klara yang kini juga tengah menatapnya, diam-diam Keira melemparkan senyum mengejek pada cewek itu.
"Wah, selamat, Kei," kata Chika, cewek yang duduk di sebelah Keira.
Keira hanya mengangguk sebagai jawaban, dia masih tersenyum lebar karena melihat wajah masam Klara. Menurutnya ini hanya permulaan, masih terlalu awal untuk merayakan kemenangan.
Saat pelajaran berlangsung, kelas menjadi hening. Semua murid fokus pada bukunya masing-masing. Tapi, berbeda dengan Klara, cewek itu terlihat gusar, wajahnya kesal dan tangannya tak henti-hentinya meremas kertas hasil ulangan miliknya.
Ia menghela napas frustasi, jika mamanya tahu dia tidak mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya, pasti mamanya akan sangat marah.
"Lo nggak apa-apa, kan, Kla?" tanya teman sebangku Klara.
Klara hanya menggeleng, dia tidak ingin mendapatkan tatapan kasihan dari temannya. Klara yang biasanya mendapatkan pujian, kini malah merasakan kekesalan yang mendalam. Semua teman-temannya berbalik memuji Keira, mengatakan kalau Keira hebat karena bisa menyaingi nilai Klara.
Klara kesal, tentu saja.
Sampai pelajaran berakhir pun, Klara tak bisa fokus. Bahkan dia tidak mencatat materi yang diberikan guru. Pikirannya kacau dan semua itu gara-gara Keira.
Saat semua murid berhamburan keluar kelas untuk istirahat, Klara segera melangkahkan kakinya keluar untuk berbicara dengan Keira.
"Keira," seru Klara.
Bukan hanya Keira yang menoleh, akan tetapi murid lainnya yang berada di sekitar mereka berdua pun ikut menoleh dengan raut penasaran.
Klara berjalan mendekati Keira, ia tersenyum manis, tetapi, Keira bisa melihat kilatan amarah di mata Klara.
"Kenapa?"
"Kita kayaknya perlu bicara," ujar Klara, ia mencoba menarik tangan Keira, namun dengan cepat Keira bergerak menjauh.
"Gue nggak punya sesuatu yang perlu diomongin sama lo," balas Keira, dia malas basa-basi dengan Klara, lebih baik waktu istirahatnya ia gunakan untuk makan di kantin.
"Ini penting!" Klara tetap memaksa, mungkin dia tidak akan pergi dari hadapan Keira, sebelum melakukan hal yang dia inginkan.
"Oke, lima menit. Gue nggak punya banyak waktu buat dengerin lo," ucap Keira cepat.
"Nggak di sini, lo nggak lihat semua murid perhatiin kita."
"Mau lo apa, sih?!" seru Keira yang mulai geram.
"Kita bicara baik-baik, oke? Sekarang lo ikut gue," ujar Klara tak kehabisan akal.
Keira yang nampaknya mulai jengah, akhirnya mau mengikuti saran dari Klara. Ia berharap Klara tidak membuang-buang waktunya, dengan berat hati ia berkata, "Oke, awas aja kalau nggak penting!"
___
TBC.
Jangan lupa tinggalkan jejak gaes. Sampai jumpa di part selanjutnya.💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama K
Teen FictionTak ada yang salah dengan Kenan, dia tampan dan pintar, parasnya yang rupawan membuatnya menjadi populer. Di sekolah sosok Kenan sangat digilai banyak cewek. Tapi, ada yang salah dengan Keira, di saat semua cewek mendekati Kenan demi menarik perhati...