Saat mereka berdua sudah sampai di sekolah, Keira segera meninggalkan Kenan di parkiran. Namun, langkahnya terhenti ketika tangannya dicekal seseorang.
Keira melirik cowok yang tengah menyeringai ke arahnya, segera saja dia menarik tangannya dari cekalan Karlos. Melihat wajah Keira yang mulai suram, entah mengapa membuat Karlos merasa terhibur. Cowok itu terkekeh pelan menanggapi lirikan sinis Keira.
"Apa-apaan lo?" bentak Keira, dia melirik sekitarnya, barangkali Kenan melihat dia bersama Karlos.
"Gue perlu bicara sama lo," kata Karlos.
"Gue nggak mau, lagian buat apa buang-buang waktu bicara sama lo," balas Keira, saat ia akan melangkah pergi, Karlos lagi-lagi menahannya.
"Lo pasti udah tau 'kan, kalau Mama lo bulan depan bakalan nikah sama Ayah gue," ujar Karlos.
Keira terkejut, dia tidak tahu sama sekali kalau mamanya sudah merencanakan pernikahannya secara diam-diam.
"Apa?!" seru Keira, ia segera menarik kerah baju Karlos, membuat jarak di antara keduanya semakin menipis.
"Wow, santai, Kei." Karlos tertawa mengejek melihat Keira yang tampak emosi.
"Gue nggak lagi bercanda, Karlos!"
Karlos berusaha menahan tawanya, ia kini mundur selangkah guna menghindari amukan dari Keira. Bisa bahaya kalau tiba-tiba cewek di depannya menyerang.
"Oke, gue juga lagi nggak bercanda, emangnya lo nggak tau? Alasan kedua orang tua kita pergi ke Bali untuk merencanakan pernikahan mereka berdua," ujar Karlos dengan santai.
Berbanding terbalik dengan Karlos yang tampak biasa saja, wajah Keira kini terlihat kaku. Cewek itu menggelengkan kepalanya, ia menolak percaya perkataan Karlos. Mendadak ia merasa pusing usai menerima informasi yang membuat paginya buruk.
"Kei," panggil suara yang berasal dari belakangnya.
Belum sempat Keira meredakan rasa pusingnya, ia mendapati Kenan yang kini sudah berdiri di sebelahnya, cowok itu menatap Karlos penuh permusuhan.
Keira berdecak kesal, jangan sampai kedua cowok ini berkelahi di depannya, bisa-bisa kepala Keira semakin pusing saja.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Keira, melihat gelagat Kenan yang aneh, ia jadi khawatir sendiri kalau seandainya Kenan adu jotos dengan Karlos di depannya.
"Aku yang harusnya tanya, kamu kenapa di sini? sama dia lagi." Kenan menunjuk Karlos dengan wajah yang masam.
Keira berdecak jengkel, ia malas sekali berdebat di situasi seperti ini. Apalagi untuk masalah yang menurutnya sangat sepele.
"Ck, ayo ke kelas," ujar Keira berusaha menengahi. Ia mencoba menarik tangan Kenan.
Namun, Kenan masih terdiam di tempatnya, cowok itu malah masih menatap Karlos dengan pandangan marah.
"Ken, kalau kamu masih mau di sini, aku bakalan ke kelas sendiri," seru Keira yang tak kunjung melihat Kenan beranjak mengikutinya. Ia segera melepaskan tangan Kenan dan berjalan menjauhi dua cowok itu.
Kenan yang tersadar segera menoleh ke arah Keira, ia bergegas menyusul Keira yang sudah lebih dulu berjalan.
"Kei, tunggu," seru Kenan, dia mencekal tangan Keira kembali.
Keira berdecak kesal, mencoba melepaskan pegangan tangan Kenan. Matanya menatap Kenan dengan kesal.
"Aku kira kamu masih mau tatap-tatapan sama Karlos, Ken," sindir Keira.
"Mana ada aku tatap-tatapan sama Karlos, geli banget," ujar Kenan bergidik ngeri.
Keira memutar bola matanya, ia mengabaikan ucapan Kenan dan berjalan kembali menuju kelas. Dengan setianya Kenan mengekor di belakang tubuh Keira, sudah seperti bodyguard saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama K
Teen FictionTak ada yang salah dengan Kenan, dia tampan dan pintar, parasnya yang rupawan membuatnya menjadi populer. Di sekolah sosok Kenan sangat digilai banyak cewek. Tapi, ada yang salah dengan Keira, di saat semua cewek mendekati Kenan demi menarik perhati...