🌱 7. Menjadi rumit: awal sebuah kebencian

925 94 0
                                    

"Kei!"

Semua yang berada di dalam gudang menoleh, terlihat jelas wajah terkejut mereka saat melihat kedatangan cowok yang sama sekali tidak terduga.

"Lo ngapain di sini?" Keira menatap Kenan yang mendekatinya.

"Harusnya gue yang tanya, lo ngapain di sini sama mereka berdua?" Kenan melirik Klara dan Karlos yang sejak tadi hanya diam mematung.

"Oh, mereka berdua mau ngomong serius sama gue katanya," ujar Keira santai, tidak terusik sama sekali dengan lirikan tajam Klara.

"Lo nggak apa-apa, 'kan, Kei?" Kenan bertanya khawatir, ia melihat keadaan cewek itu barangkali ada luka.

"Ken, maksud lo apa? Gue nggak mungkin nyakitin Keira," ujar Klara, dia tidak ingin dirinya dicap sebagai cewek bar-bar oleh Kenan.

Kenan mengabaikan Klara, ia justru menarik Keira agar berdiri di sebelahnya. Bukannya Kenan bodoh, dia bahkan tahu kalau Klara adalah dalang di balik perginya para cewek yang dekat dengannya.

Selama ini Kenan tahu, tapi dia hanya diam. Tapi ini sudah menyangkut Keira, tak ada alasan bagi Kenan untuk tetap diam.

"Kla, gue udah bilang sama lo, jangan lakuin hal-hal yang nggak berguna kayak ini. Gue nggak bisa suka sama lo," ujar Kenan.

Kenan mengucapkan itu dengan nada tenang, tapi cukup membuat Klara terguncang. Bagaimana mungkin Kenan bicara seperti itu.

Klara sudah cukup menderita merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, dan sekarang Klara harus mengetahui fakta kalau Kenan tidak akan pernah menyukainya.

"Lo cowok brengsek!" Karlos bergerak maju, dia ingin sekali memukul wajah sombong Kenan.

Karlos tidak akan terima kalau sahabatnya diperlakukan seperti itu, harusnya Kenan bersyukur dicintai cewek seperti Klara.

"Karl, jangan!" Klara mencegah Karlos melakukan kekerasan pada Kenan, dia tidak ingin dua cowok penting dalam hidupnya berkelahi.

Keira hanya diam melihat drama di depannya, menurutnya, Klara itu rakus. Cewek itu ingin memiliki dua cowok sekaligus di sampingnya.

Klara ingin Memiliki Kenan, tapi dia juga tak ingin melepaskan Karlos.

"Ken, mending kita pergi aja dari sini," kata Keira seraya merangkul lengan Kenan.

Kelakuan Keira sukses membuat Klara geram, dia menatap tajam cewek yang berdiri di sebelah Kenan.

"Kla, lo nggak apa-apa, 'kan?" Karlos bertanya pelan, dia memang paling peka pada suasana hati Klara, dan bisa dilihatnya kalau sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Gue nggak tau, Karl," balas Klara, dia memalingkan wajahnya.

"Kla, harusnya lo biarin gue pukul cowok bego itu!" Karlos jengkel, tangannya sudah gatal ingin melayangkan tinjuan ke wajah Kenan.

"Lo mau pukul gue? Sini maju lo." Kenan melangkah maju.

Keira yang melihatnya tidak berusaha mencegah. Akan sangat menyenangkan melihat dua cowok di depannya berkelahi.

"Sialan lo!" Karlos maju ke arah Kenan, namun, belum sempat ia melayangkan pukulannya, Klara sudah berada di depan badan Kenan, menjadi tameng untuk cowok itu.

"Karl, jangan sakitin Kenan, atau gue nggak mau jadi temen lo lagi," ucapan Klara membuat Karlos mengurungkan niatnya.

"Klara, lo harus sadar, dong! Cowok yang lo bela mati-matian bahkan nggak peduli sama lo!" bentak Karlos yang sudah kelewat kesal.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang