Keira hidup dalam bayang-bayang hancurnya kehidupan rumah tangga orang tuanya, dulu, semasa SMP, Keira hanya bisa menangis tatkala mengetahui kenyataan pahit bahwa kehidupannya tidak akan sama lagi.
Dia hanya bisa memendam dan tak berani banyak protes. Bahkan saat mamanya membawa dia pergi ke luar negeri, Keira masih saja diam, ia tak akan banyak mengeluh. Ia tahu mamanya sudah cukup tertekan dengan segala sesuatu yang terjadi di kehidupannya.
Keira tumbuh menjadi sosok yang luar biasa, ia pintar dan cantik. Di mata orang-orang ia juga terlihat baik, tetapi, tak ada yang sadar kalau Keira memiliki sebuah kebencian di dalam hatinya, luka yang dulu sempat hilang, kini perlahan muncul kembali, dengan rasa sakit yang lebih besar.
"Kei, lo habis beli tas lagi, ya?" Diana menatap koleksi tas mahal yang berada di dalam kamar Keira.
Keira hanya menoleh sekilas, ia masih fokus membaca buku pelajaran di depannya, suara Diana masih saja terdengar, cewek itu terus membicarakan hal-hal yang tidak jelas.
"Di, mending lo pulang, deh. Berisik banget tau," kata Keira yang mencoba mengusir Diana, cewek itu tidak mau pulang dan berakhir menginap di rumah Keira.
"Ya ampun, tega banget lo. Ini udah malem lho," balas Diana ketus.
"Siapa suruh ke sini," kata Keira dengan sinis.
"Ck, masa mau ketemu lo nggak boleh, sih? Eh, lo lagi ngapain?" Diana beringsut mendekati Keira, seketika mata Diana membulat terkejut, lalu seketika tawanya keluar dengan kerasnya. "Lo belajar, Kei?" tanya Diana.
"Iya, emang kenapa? Gue 'kan anak rajin, beda ceritanya sama lo," sindir Keira dengan terang-terangan di depan orangnya. Diana memang lebih menyukai gosip di sekolah ketimbang mempelajari buku-buku pelajaran.
"Gue nggak belajar karena takut nanti orang tua gue terkejut."
Keira mengalihkan pandangannya dari buku sejenak, tatapannya beralih menatap Diana dengan curiga. Ia tidak mengerti yang dikatakan oleh sepupu gilanya itu.
"Maksud lo?"
"Ya, karena gue nggak pernah belajar, nanti malah orang tua gue terkejut kalau lihat gue tiba-tiba belajar dengan rajin, hahaha." Diana berbicara diakhiri dengan tawa yang dipaksakan.
"Aneh banget lo, tapi bener juga, sih. Daripada belajar, lo kayaknya lebih jago dalam bidang menggosip deh," ujar Keira.
"Sialan lo, Kei. Tau aja kalau gue suka gosip-gosip panas di sekolah," balas Diana dengan santai.
"Jadi, ada gosip panas apa lagi di sekolah?"
Diana berdeham sebentar, kemudian cewek itu mendekati Keira yang tengah duduk di kasur seraya membaca buku pelajaran. Dengan wajah yang berbinar, Diana kini duduk dia sebelah Keira.
"Lo tau nggak, tadi di grub kelas heboh banget, katanya Kenan sama Karlos masuk rumah sakit," ujar Diana.
Padahal Keira sudah tahu, tetapi dia tetap diam dan masih mendengarkan cerita Diana.
"Terus?"
"Katanya mereka balapan karena rebutan Klara, banyak gosip yang beredar begitu, katanya Kenan sebenarnya suka sama Klara," ujar Diana menggebu-gebu.
Keira nyaris menyemburkan tawa, meski dia belum lama ini pacaran dengan Kenan. Namun, ia yakin kalau cowok itu tidak menaruh perasaan pada Klara. Lain halnya dengan Julian dan Karlos. Meski begitu, dia juga ragu kalau kedua cowok itu juga menyukai Klara.
"Lo percaya gitu?" tanya Keira, ia masih mempertahankan wajah kakunya.
"Hm, kata anak-anak sih gitu, lo nggak cemburu, Kei?" Diana menyeringai, ia pikir sepupunya itu akan terbakar api cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama K
Teen FictionTak ada yang salah dengan Kenan, dia tampan dan pintar, parasnya yang rupawan membuatnya menjadi populer. Di sekolah sosok Kenan sangat digilai banyak cewek. Tapi, ada yang salah dengan Keira, di saat semua cewek mendekati Kenan demi menarik perhati...