Keira tengah melihat semua fotonya yang Kenan ambil secara diam-diam. Di sebelahnya ada Kenan yang tengah menahan malu karena ketahuan menjadi penguntit Keira selama mereka berdua belum berpacaran.
Kini tak ada lagi yang bisa disembunyikan, cewek itu bahkan sudah mengetahui rahasia Kenan yang tak orang lain tahu.
"Ya ampun, kamu ternyata segila ini, ya," ujar Keira tak percaya. Dengan tampang jahil dia terus saja menggoda Kenan.
"Jadi nyesel aku jujur sama kamu," balas Kenan, awalnya dia tidak mau mengaku, tetapi Keira terus saja memaksanya untuk berkata jujur. Usai berkata jujur malah Keira terus saja menggodanya.
"Kamu nggak ada kerjaan banget sih, Ken," tukas Keira.
Ada satu foto yang cukup menarik perhatiannya, foto Keira bersama Diana yang sedang jalan-jalan di mall. Jangan bilang kalau Kenan juga mengikuti setiap kegiatan yang dilakukannya.
"Ya ampun, kamu ngikutin aku, ya?" Keira mengangkat fotonya bersama Diana.
Kenan tersenyum lebar, cowok itu terlihat tidak merasa bersalah sama sekali. Padahal wajah Keira sudah kesal.
"Aku cuma mau tau kamu ke mana aja, sama siapa dan—"
"Ken, waktu itu 'kan kita belum pacaran, tindakan kamu ini bikin aku takut tau," kata Keira memotong perkataan Kenan. Siapa juga yang tidak takut kalau diam-diam ada orang yang mengikutinya.
"Maaf, ya. Habisnya waktu itu kamu cuek banget sama aku, jadi dengan begini aku bisa tau apa aja yang kamu lakukan," ujar Kenan mengingat kembali awal pertemuannya.
"Ya nggak gini juga kali," cibir Keira. Ia segera mengembalikan semua foto itu kembali pada Kenan.
"Kamu marah?" tanya Kenan yang melihat wajah Keira mulai cemberut.
"Ya, pikir aja sendiri, siapa coba yang nggak kesal kalau diikuti kayak gitu," ujar Keira.
Kenan bergerak mendekati Keira, dia memeluk cewek itu dari samping. Biasanya cewek seperti Keira akan luluh kalau dipeluk seperti ini. Jadi, semoga saja kali ini berhasil.
"Oke, aku minta maaf. Jangan marah lagi, ya," kata Kenan memohon.
Sejujurnya Keira ingin marah lebih lama lagi, tetapi berhubung ini sudah malam dan dia lelah. Jadi lebih baik dia memaafkan saja kelakuan Kenan. Karena cowok itu pasti tidak akan mau pulang kalau belum mendapatkan maaf dari Keira.
"Aku maafin kamu," kata Keira seraya melepaskan pelukan Kenan.
Melihat sikap Keira yang seperti itu, Kenan pikir pacarnya itu masih marah padanya. Apalagi Keira yang memilih untuk rebahan di ranjangnya ketimbang mengobrol bersamanya.
"Udah jangan ngambek terus dong, Sayang," kata Kenan.
"Aku udah nggak ngambek, aku ngantuk, Ken. Kamu pulang aja sana," ujar Keira mengusir Kenan, padahal ia sekarang tengah menumpang di apartemen cowok itu.
"Aku nginap di sini aja, ya?" Kenan menatap Keira penuh harap.
"Nggak!"
"Ya udah aku pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Kenan mengalah, dia segera keluar dari kamar.
Setelah melihat Kenan keluar, Keira segera duduk. Ia menghela napas lega, sebenarnya ada alasan tersendiri mengapa dia mengusir Kenan. Demi kesehatan jantungnya karena sejak tadi berdetak tak karuan. Meski sudah sering bersama Kenan, entah mengapa dia masih saja merasa gugup.
Keira menatap sekeliling kamar Kenan yang didominasi warna abu-abu. Mengusap wajahnya kasar, Keira segera turun dari ranjang dan berjalan menuju sofa.
Dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, tak ada balasan apapun dari mamanya. Keira menghela napas, alih-alih menelpon mamanya, dia lebih memilih untuk mematikan ponselnya.
Keira hanya ingin tidur, dan berharap esok hari semuanya akan baik-baik saja.
___
Suara alarm membangunkan Keira, dia menggosok kedua matanya yang masih mengantuk. Rupanya semalam bukan mimpi, dia memang benar-benar tidur di apartemen Kenan. Dengan langkah sempoyongan, Keira masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.
Usai selesai melakukan ritual paginya, ia keluar dari kamar Kenan, bau harum makanan langsung tercium begitu Keira menginjakan kakinya di dapur. Bisa dilihatnya punggung lebar cowok yang begitu dikenalnya.
"Kenan?"
Merasa namanya dipanggil, Kenan segera menoleh seraya tersenyum manis. Cowok itu tampak sangat bersemangat pagi ini, berbeda dengan wajah Keira yang terlihat suram.
"Kamu udah bangun? Tunggu sebentar di situ, ya," kata Kenan menyuruh Keira untuk menunggunya selagi dia memasak.
Keira masih berdiri di tempatnya, dia tidak mengikuti saran Kenan yang menyuruhnya duduk. Netra Keira mengikuti setiap gerakan tubuh Kenan. Cowok itu terlihat sangat ahli dalam memasak.
Merasa tidak mendapat jawaban, Kenan kembali menoleh pada Keira yang masih berdiri di tempatnya. Cowok itu mengerutkan keningnya bingung.
"Kei, kamu mau berdiri di situ terus?" tanya Kenan.
Keira segera tersadar dari rasa kagumnya pada Kenan. Ia segera mengangguk dan menuruti perintah Kenan untuk duduk saja sembari menunggu cowok itu selesai memasak.
"Kapan kamu datang ke sini? Kok nggak bilang."
"Ini 'kan apartemen aku, jadi terserah dong mau datang kapan aja," ujar Kenan dengan menyebalkan.
Keira mencibir. Rasanya Kenan semakin bertambah menyebalkan saja. Meski berusaha untuk mengalihkan pandangannya dari cowok itu, tak bisa dipungkiri bahwa pesona Kenan tak bisa diragukan, terbukti dari matanya yang tak bisa berpaling.
Sadar, Kei. Pekiknya dalam hati.
"Terserah deh," sahut Keira.
"Masih pagi, Sayang. Jangan ngambek dulu," ucap Kenan seraya terkekeh. Dia masih sibuk dengan nasi goreng buatannya.
Keira tidak peduli, ia memilih untuk mengabaikan ucapan Kenan dan malah asik bermain ponselnya. Tak ada satu pun balasan dari sang mama. Keira jadi merasa kesal sendiri. Apa dia sudah tidak penting lagi bagi mamanya.
"Kei, aku cuma buat nasi goreng, nggak apa-apa, kan?" Kenan menoleh ke belakang, melihat Keira yang malah asik bermain ponsel.
"Nggak masalah," ujar Keira singkat.
"Aku juga bikin jus apel kesukaan kamu," kata Kenan sekali lagi.
"Hm, makasih."
Kenan menghela napas panjang, mematikan kompornya. Dia segera menata nasi goreng di piring lengkap dengan telur mata sapi buatannya. Ini pertama kalinya Kenan memasak untuk cewek.
Keira segera mendongak saat melihat nasi goreng di depannya, sedangkan Kenan duduk dia seberangnya. Cowok itu masih terlihat menampilkan senyum bahagia. Entah apa yang cowok itu dapatkan hingga tak lelah terus menerus tersenyum.
"Kamu kayaknya bahagia banget, ya," ujar Keira pelan, bukannya tidak suka kalau Kenan senang. Tetapi dia hanya merasa aneh saja.
"Ya, seneng dong. Sarapan sama kamu salah satu penyebab yang buat aku bahagia di pagi hari," tukas Kenan.
"Kamu niat banget ya ke sini pagi-pagi, udah gitu langsung masak lagi," kata Keira seraya memasukan satu suapan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Aku khawatir sama kamu, barangkali kamu butuh sesuatu. Jadi, aku sengaja datang ke sini sebelum kamu bangun, biar kamu—"
"Kenan."
"Ya?" Kenan menatap Keira saat cewek itu memotong perkataannya. Dia mengerutkan keningnya bingung saat melihat cewek itu malah menatapnya lekat.
"Kamu emang sebucin itu ya?"
Tak dapat dipungkiri, ucapan Keira mampu membuat pipinya bersemu merah karena malu. Ia malu karena yang dikatakan Keira benar adanya.
_____
TBCJangan lupa tinggalkan jejak.
Ada typo bilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama K
Teen FictionTak ada yang salah dengan Kenan, dia tampan dan pintar, parasnya yang rupawan membuatnya menjadi populer. Di sekolah sosok Kenan sangat digilai banyak cewek. Tapi, ada yang salah dengan Keira, di saat semua cewek mendekati Kenan demi menarik perhati...