🌱 34. Keira yang aneh

353 34 0
                                    

Kenan hanya melongo melihat perubahan Keira, tadi cewek itu berkata ingin berbicara dengannya, namun, beberapa saat kemudian ternyata tidak jadi dan malah masuk ke dalam rumahnya.

"Mungkin Keira butuh waktu sendiri," gumam Kenan.

Dengan perasaan yang tak menentu, akhirnya Kenan melangkahkan kakinya menjauh dari pintu rumah Keira, ia berjalan menuju mobilnya yang parkir di pekarangan rumah pacarnya itu. Mungkin besok pagi dia akan bicara lagi pada Keira.

Sementara itu, di dalam kamarnya Keira hanya duduk dengan gelisah. Di satu sisi, ia tak ingin membuat Kenan merasa kecewa, bagaimanapun juga cowok itu sudah baik padanya.

Akan tetapi membohongi Kenan terlalu lama juga tidak baik, ia harus segera mengatakan kebenarannya pada cowok itu segera.

Saat tengah kalut dengan pikirannya, tiba-tiba bel rumahnya kembali berbunyi. Keira mengernyit heran, apa mungkin Kenan kembali lagi? Dengan penasaran Keira segera keluar dari kamarnya untuk membuka pintu.

"Lo ngapain di sini?" tanya Keira saat pintu sudah terbuka.

Dia berdecak kesal saat melihat siapa yang datang, bukan Kenan melainkan Klara. Entah darimana Klara tahu rumahnya, yang jelas kehadiran cewek itu sama sekali tidak diharapkan.

"Hai, gue boleh masuk?" tanya Klara.

Belum sempat menjawab, Keira hampir saja menjerit kesal tatkala Klara dengan tidak sopannya langsung masuk ke rumahnya.

"Heh, gue nggak izinin lo masuk, ya. Klara!" seru Keira, dia segera mengikuti langkah Klara.

"Kenapa lo teriak-teriak, sih? Santai aja kali. Gue ke sini cuma mau main," ujar Klara, ia dengan santai duduk di sofa tanpa memedulikan lirikan tajam Keira.

"Lo bukan teman gue, jadi gue nggak mau main sama lo! Mending pulang sana," usir Keira, ia segera menarik tangan Klara untuk bangkit dari duduknya.

Klara yang merasa kesakitan segera menyentak tangan Keira, ia menggerutu kesal saat melihat tangannya memerah akibat ulah Keira.

"Sakit bego! Lagian lo kenapa, sih, kayaknya benci banget sama gue?"

"Masih tanya kenapa? Lo pikir aja sendiri." Keira akhirnya duduk di depan Klara, dengan sangat terpaksa.

"Oke, gue tau alasannya. Tapi, Kei. Itu bukan salah gue."

Keira memutar bola matanya malas, dia tidak tahu kenapa Klara tiba-tiba membahas perihal kebencian Keira padanya.

"Apapun alasannya, gue tetep benci sama lo."

"Gue udah nggak tahan di-bully, Keira! Gara-gara lo nyebarin kalau ibu gue pelakor, semua orang memandang gue rendah. Nggak ada tatapan kagum lagi yang biasa mereka perlihatkan. Semua gara-gara lo," jerit Klara. Malam ini dia ingin menumpahkan segala rasa sakitnya.

Meski Klara terlihat baik-baik saja, tidak ada yang tahu isi hati seseorang. Nyatanya selama ini Klara memendam rasa sakitnya sendirian. Pada dasarnya mereka berdua sama-sama terluka karena keegoisan orang tuanya.

"Lo ... nggak tau rasanya––"

"Pergi."

Keira segera memotong perkataan Klara, mendengar Keira berbicara, Klara segera mendongak menatap cewek yang menatapnya dengan pandangan kosong.

"Gue harus selesaikan masalah ini, biar nama baik gue balik lagi, lo harus––"

"Pergi dari sini sekarang juga!" teriak Keira.

Klara terlonjak kaget, ia bisa melihat amarah Keira yang sudah tak bisa ditahan. Wajah gadis itu memerah karena amarah, menatap Klara penuh kebencian.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang