🌱 29. Rasa percaya yang mulai hilang

414 39 0
                                    

Saat Keira sudah siap dengan seragam sekolahnya, sang mama sudah tidak terlihat di rumah. Rumah besarnya benar-benar terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya. Hanya ada beberapa pelayan yang tengah membersihkan rumahnya.

Keira sering kali merasa kesepian, mamanya selalu sibuk bekerja. Selama ini dia tidak pernah mengeluh karena tidak memiliki waktu dengan mamanya.

Pagi ini Keira malas sekali sarapan, jadi dia lebih memilih langsung berangkat ke sekolah saja. Saat sudah di luar rumah, Keira sangat terkejut dengan kehadiran cowok yang tengah duduk di atas motornya.

"Pagi, Kei," cowok itu menyapa dengan senyum lebarnya.

Keira memutar bola matanya malas, seingatnya dia tadi menyuruh Kenan untuk tidak menjemputnya, mengapa cowok itu masih saja datang ke sini.

"Ken, kayaknya tadi pagi aku—"

"Oke, aku tau kamu mau bilang apa, tapi aku beneran nggak sengaja lewat depan rumah kamu," ujar Kenan beralasan.

"Nggak sengaja datang kamu bilang? Emangnya aku percaya gitu?" Keira mengibaskan tangannya di depan wajah, ia bahkan tidak percaya kalau Kenan datang ke sini tanpa disengaja.

"Beneran, Sayang. Aku tadi habis ke rumah temen, iya temen aku tetangga kamu," ucap Kenan semakin ngawur.

Melihat gerak gerik Kenan, sudah pasti semua ucapannya mengandung kebohongan. Di mata Keira, Kenan sangat mudah ditebak apabila tengah berbohong.

"Oh, ya udah kalau mau ketemu temen kamu, kirain kamu ke sini mau ketemu aku lho," kata Keira pura-pura tidak peduli.

"Eh, aku berubah pikiran sekarang, mau ketemu sama kamu aja," balas Kenan cepat-cepat, dia tadi hanya beralasan saja bertemu dengan temannya, padahal niat awal memang ingin bertemu Keira.

"Bilang dong dari tadi, pake acara bohong segala. Aku tuh tau kalau kamu lagi bohong," ucap Keira.

Kenan meringis malu, bahkan niatnya mudah sekali ditebak. Dia jadi merasa malu sendiri.

"Karena aku udah di sini, kamu mau 'kan berangkat sama aku?" Kenan mencoba bertanya kembali.

Keira memandang Kenan cukup lama, ia juga tidak tega apabila harus menolak tawaran Kenan lagi, cowok ini sudah rela datang ke rumahnya. Maka dari itu Keira mengangguk sebagai jawaban.

Melihat anggukan Keira, sontak saja Kenan tersenyum. Padahal tadi dia sudah mengira kalau Keira akan menolak berangkat bersamanya, bagus kalau Keira tidak menolak, setidaknya Kenan tidak akan merasa malu lagi.

"Ya udah ayo, eh aku mau ketemu sama mama kamu dulu," ucap Kenan tiba-tiba.

"Mau apa? Mending nggak usah deh, Ken. Ayok berangkat aja langsung," ujar Keira buru-buru.

"Tapi––"

"Udah ayo, nanti kita telat," kata Keira yang langsung naik ke motor Kenan.

Dengan terpaksa Kenan mengikuti saran Keira untuk segera pergi dari rumah cewek itu, padahal Kenan hanya ingin menemui mama Keira untuk meminta izin berangkat bersama anaknya. Kenan tidak tahu saja kalau mama Keira tidak berada di rumah.

"Pegangan, ya. Kalau mau peluk juga boleh," ujar Kenan sebelum melajukan motornya.

Keira mencubit pinggang Kenan saat cowok itu mengatakan hal tersebut, meski begitu dia juga tak bisa membohongi diri sendiri. Nyatanya kini tangan Keira malah memeluk pinggang Kenan erat. Memang terkadang perkataan tidak sejalan dengan perbuatannya.

"Jangan banyak ngomong, cepat jalan! Nanti kita telat lagi," seru Keira, dia tidak mau Kenan terus menerus menggodanya, bisa-bisa wajahnya akan merona malu.

Bersama KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang