4

38.4K 1.4K 9
                                    


"Ini nara udah kenal sama erzhan jadi kita tinggal menentukan tanggalnya" ucap hani, ibu erzhan yang duduk di samping anaknya.

"Ide bagus itu" balas liana kegirangan.

"Oh iya nara, kenalin ini tante hani dan ini om ihsan. Mereka berdua ibu dan ayah erzhan" jelas liana sang bunda kepada nara.

Pantas saja wajah lelaki yang bernama ihsan itu sangat mirip dengan erzhan dosennya, ternyata memang orang tuanya.

Tapi bukan itu masalah nara sekarang, nara saat ini sedang bertanya-tanya kenapa orang tua dosennya itu bisa berada di rumahnya.

"Liana, coba kamu jelaskan pada nara kenapa bisa kami berada di sini. Keliatannya nara bingung" ujar hani sambil terkekeh pelan.

"Ayah aja yang jelasin ke nara" ucap liana sambil menatap johan sang suami.

Nara hanya diam menyimak pembicaraan mereka sambil terus menatap erzhan yang hanya duduk dengan mulut bungkam di sana.

"Jadi kedatangan keluarga erzhan ke rumah kita ini untuk membahas tentang pernikahan kalian" jelas johan.

Nara seketika membulatkan matanya. Bagaimana tidak terkejut jika orang tuanya akan menikahkannya dengan dosennya sendiri.

"Ayah, jangan bilang ini karena bisnis? kalau iya, nara ga mau. Masa ayah sama bunda nikahin nara cuma karna bisnis" protes nara.

"Ngga sayang, ini memang rencana dari kakek dulu sebelum wafat" sahut liana.

"Ini gimana sih bunda, nara ga ngerti" balas nara dengan isi otak yang berkecamuk.

"Dulu kakek mu sebelum wafat pernah menulis wasiat, kalau nanti kamu sudah dewasa kakek mu ingin kamu menikah dengan anak dari keluarga Adelardo. Nah, kebetulan juga ihsan selaku papa erzhan ini, rekan bisnis ayah jadi kami menyetujui permintaan dari kakekmu. Dan untuk keluarga Adelardo juga tidak keberatan dengan itu. Jadi begitu ceritanya nak" jelas johan kepada anaknya.

Nara kembali melirik kearah erzhan begitupun erzhan yang menatap nara meskipun sekilas.

"Nara, itu permintaan kakek mu untuk yang terakhir kalinya, bunda harap kamu bersedia mengabulkan permintaan kakek mu itu" balas liana.

"Gimana nak? Jadi kalian setuju kan dengan perjodohan ini? Kami berharap kalian menerimanya" kata hani menatap kedua insan tersebut.

Erzhan yang di tatap ibunya hanya menganggukkan kepalanya pelan sekedar menjawab perkataan ibunya.

"Nara gimana dengan kamu?" Tanya liana berharap cemas.

"Nara masih pengen fokus kuliah bun" jawab nara pelan.

"Pernikahan tidak menghambat kamu untuk terus belajar nak" sahut johan.

"Banyak juga sekarang mahasiswa yang masih kuliah udah nikah, bahkan udah punya anak" ucap liana meyakinkan.

"Jika kamu belum yakin untuk menjawab sekarang, bisa kamu pikirkan lagi. Kami tidak akan memaksa kamu" ujar ihsan yang sedari tadi diam.

Nara membuang nafasnya pelan.

"Nara ikut pak erzhan aja" jawab nara sambil menatap erzhan.

Pikir nara dengan mengikuti erzhan pasti perjodohan ini akan berakhir, karna sejatinya erzhan pasti akan menolaknya mentah-mentah.

Setelah nara mengatakan jawabannya semua keluarga menatap ke arah erzhan sekarang.

"Terima zhan, lagian lo udah mateng buat nikah kan? Jadi terima aja, sekalian bimbing adek gue biar ga nakal" ucap aga.

"Bang" bisik nara pelan dengan sorot mata yang tajam menatap aga.

"Oke, erzhan setuju" kata erzhan enteng.

Nara pun langsung melihat erzhan dengan ekspresi wajah seperti ingin meminta penjelasan.

Yang di tatap hanya melirik nara sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi.

"Kalau erzhan setuju otomatis nara juga setuju kan? Jadi mau kapan nih jeng" ucap liana senang.

"Gimana kalau minggu depan? Lebih cepet lebih baikkan, lagian saya juga ga sabar pengen gendong cucu. Iya kan pa?" balas hani dengan menyenggol suaminya di samping.

"Kalau kita para ayah mah ngikut aja gimana maunya, nanti tinggal kita yang siapin acaranya" sahut ihsan dengan tertawa.

Ayah nara juga menyahutinya dengan tertawa juga.

"Bunda, tante, om, ayah, nara mau ngomong dulu sama pak erzhan boleh?" Izin nara kepada para orang tua di sana.

"Bolah lah, masa ga boleh ngomong sama calon suami sendiri" sahut hani.

"Sekalian ajak erzhan keliling rumah, bikinin juga erzhan minum biar ga seret kalo lagi ngomong" ujar liana dengan senyumannya.

Nara hanya mengangguk kan kepalanya. Setelah  itu nara langsung mengajak erzhan untuk sekedar keluar dari rumahnya dan berjalan ke arah halaman depan.

"Ayo pak" ajak nara.

Nara berjalan mendahului erzhan dan di ikutinya diri belakang. Sampai di halaman rumah dengan dihiasi kursi cantik di sana, nara langsung duduk di kursi tersebut tak lupa mempersilahkan erzhan juga untuk duduk.

"Silahkan duduk pak" suruh nara.

"Pak?" Panggil nara pelan.

"Hm" sahut erzhan.

"Kenapa tadi bapak bilang setuju si?" Tanya nara dengan muka yang menunjukkan kekesalannya.

Erzhan pun hanya menatap nara datar.

"Yang terhormat bapak dosen erzhan, mohon untuk di jawab pertanyaan saya"

"Ga baik ngelawan orang tua" jawab erzhan seadanya.

"Bapak kan bisa bikin alesan apa kek biar perjodohan nya batal, contohnya udah ada pacar atau apa gitu" lanjut nara.

"Bohong dosa" ucap erzhan.

"Emangnya bapak ga ada pacar apa?" Tanya nara lagi.

"Ga" singkat erzhan.

Lagi-lagi nara membuang nafasnya kasar.

"Dek bikinin minum calon suaminya, seret tuh kayanya" teriak aga yang tiba-tiba muncul tak jauh dari tempat duduk nara dan erzhan.

"Abang ngapain di sini?" Tanya nara sambil menautkan alisnya.

"Cuma mastiin aja kalian ga ngapa-ngapain" balas aga dengan muka julidnya.

"Emangnya kita ngapain?" Tanya nara lagi.

"Siapa tau kan gini.." jawab aga dengan tangan yang mengerucut sambil di satukan seperti mengisyaratkan ciuman.

"Apaan si bang aga, ga jelas tau? Pergi sana" sahut nara.

"Dih galak, zhan ati-ati ya anaknya emang galak takutnya lo ikut di makan" ucap aga dengan tertawa puas.

Erzhan yang mendengar gurauan aga pun juga ikut tertawa.

"Bang" teriak nara keras.

Yang di teriaki sudah lebih dulu masuk kedalam rumah lagi. Sementara itu, erzhan masih tertawa di sana melihat kelakuan kakak beradik itu.

"Ngapain ketawa?" Tanya nara.

"Gapapa" jawab erzhan dan kembali memperlihatkan wajah datarnya.

"Mending bapak ketawa terus aja deh dari pada wajahnya balik ga ada ekspresi kaya gitu" kata nara.

"Kenapa?" Sekarang giliran erzhan yang bertanya.

"Ganteng soalnya" balas nara sambil tertawa.

 ̄ ̄ ̄ ̄

To be continued

Di tunggu votmentnya!!

Yth. Bapak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang