Warning!
Sebelum kalian baca ini, aku mau kasih ingat kalo ini cerita Abila dengan latar Indonesia, ya. Dan, cerita ini ada sedikit alur tentang perusahaan gitu.
Ini cerita sambungan yang aku fokusin cuma di Abila aja. Jika memang ada tokoh dari masa lalu, mungkin aku buat sekelibat aja.
Cerita ini berhubungan waktu sama cerita Ex-lovers, ya. Singkatnya, waktu yang aku buat hampir bersamaan jadi nanti kalian ga bingung bacanya.
And, cerita ini aku Up setiap hari (Jika tidak ada kendala) jam delapan malam.
Terima kasih dan selamat membaca.
After that
"Non, biar Bibi aja yang masak."
Gadis berpiyama itu menggeleng, melanjutkan aksi masaknya walau sudah di teriaki beberapa kali oleh asistenbrumah tanganya.
Dia Abila. Gadis yang kurang lebih enam bulan di negeri orang akhirnya ia kembali satu bulan yang lalu karena sudah di nyatakan sembuh oleh dokternya.
Keadaan mentalnya sudah stabil dan di golongkan sehat. Penyakit mental itu bisa saja kembali kambuh jika Abila mengalami gangguan yang luar biasa seperti tempo lalu. Tapi tenang saja, dirinya sudah menekatkan diri untuk tidak kembali merasakan sakit itu.
Sakit yang melukai fisik, mental dan juga hatinya.
"Non, Non Fisa di kamar aja, nanti kalo sudah selesai Bibi kasih tau." asisten rumah tangga berusia kurang lebih lima puluh tahunan itu berusaha mengambil alih pekerjaannya namun gagal.
"Biar Fisa aja, Bi."
"Ih, jangan, Non. Masa Nona yang masak Bibinya diam aja."
Abila menoleh sebentar pada ART di sampingnya, tersenyum manis seperti biasanya lalu berkata, "Kalo gitu Bibi bikinin susu aja, gimana?"
"Iya nanti Bibi bikin susu, tapi sekarang Bibi mau masak dulu-
"Biarin Nona Nafisa masak, Bi. Masak udah jadi kebiasaannya sejak lama jadi Bibi jangan coba-coba melarang."
Kedua orang itu menoleh cepat ketika mendengar suara berat yang tiba-tiba bergabung di antara pembicaraan mereka. Abila tertawa melihat wajah tegang Bi Tia.
"Bapak ngapain ke sini pagi-pagi? Pake acara ngagetin, kan jadinya Bibi kaget. Lihat noh, tegang mukanya."
Abila tertawa lagi. Ia mengambil piring untuk menaruh olahan daging yang baru saja selesai ia masak.
"Bapak ke sini nganterin seragam Nona dan sekalian mau ngomong sama Nona," Yanto menatap bi Tia, "Maaf kalo mengangetkan, Bi."
Bi Tia mengangguk sekali, "Tidak apa, Pak."
"Fisa mau panggil Bunda dulu. Bi Tia, tolong bikinin susu, ya."
"Bapak tunggu sini, jangan ikut." ancamnya pada Yanto, Yanto mengangguk.
Satu kebiasaan Yanto adalah selalu mengikuti Abila kemana pun ia pergi.
Abila berjalan ke ujung ruangan di mana itu adalah kamar utama atau kamar orang tuanya dulu yang sekarang hanya di tempati oleh Humairah saja.
Abila mengetuk pintu lalu masuk di mana ia langsung di suguhkan dengan Humairah yang sedang melatih kakinya dengan cara berjalan tanpa alat tentu masih di awasi oleh perawat.
Perawat bernama Widya itu tersenyum menyambut Abila.
"Gimana Bunda Sus?"
"Sudah ada peningkatan, Nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
After that [Selesai]
Teen FictionSeries # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyatakan sembuh dari penyakit mentalnya membuat Abila sangat bersyukur terlebih lagi ia bisa berkumpul deng...