After : Tiga Belas

970 79 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh seluruh orang yang bekerja sama dengan Abila. Di mana mereka akan bertemu langsung dengan rekan kerja paling berpengaruh di perusahaan mereka.

Ya, benar. Hari ini adalah hari pertemuan Abila.

Baik, lupakan dahulu karena hari masih pagi.

Pukul sebelas siang Abila baru membuka matanya. Ia tersenyum miris melihat kamar yang berantakan. Semalam, sepulang dari pasar malam Abila tidak tidur. Gadis itu menyelesaikan pekerjaan kantornya di mana dokumen itu yang akan ia bahas nanti siang.

Membahas tentang semalam, Abila pulang di pukul sembilan malam dan berharap bundanya sudah pulang. Tapi Abila salah, saat ia pulang hanya Widya lah yang ada di rumah. Bundanya masih di rumah Lintang dengan alasan rindu dengan sang kakak.

Ok, biarkan saja karena setiap manusia punya urusannya sendiri. Abila tidak mau terlalu over protektif dengan Humairah. Humairah juga butuh hiburan.

Merasa jika nyawanya sudah bersatu dengan raga, Abila beranjak dari kasurnya untuk merapihkan segala kekacauan yang ia timbulkan semalam.

Meja belajar sudah bersih. Meja kerja pun sudah bersih. Sekarang hanya tinggal ranjangnya saja. Abila memulainya dengan mengambil barang-barang yang ada di atas kasur seperti, ponsel, remot AC, handset berkabel dan juga sebotol minuman yang sudah tinggal setengah.

Setelah memastikan jika semua barang sudah ia ambil, Abila melanjutkannya dengan menarik sprai hingga rapih, menyusun bantal dan terakhir selimut.

Abila tersenyum. Ia melangkah mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Di lantai bawah tepatnya di ruang keluarga ada Yanto, Dodi dan juga Humairah yang sedang duduk sambil berbincang santai di temani secangkir kopi. Yanto datang sepuluh menit yang lalu, karena ingin memastikan apakah Abila sungguh-sungguh datang atau tidak.

Dodi? Pria berumur hampir sama dengan Yanto itu sudah tiba sejak pagi, bahkan Dodi ikut sarapan bersama dengan Humairah.

"Semalam kalian pulang jam berapa?" Yanto bertanya mengenai kepulangan Humairah semalam. Setau Yanto Humairah hanya pergi berbelanja, tau-taunya melancong ke rumah Fatimah.

"Setengah dua belas. Saya keasikan ngobrol sampai lupa waktu." jawab Humairah di iringi kekehan ringan.

Yanto menatap Dodi yang ada di sebrangnya, "Kamu juga?"

Dodi mengangguk, "Ya. Saya menemani, Ibu."

Yanto mengangguk-angguk saja. Ia dan Dodi memang membagi tugas penjagaan. Dirinya menjaga Abila sedangkan Dodi menjaga Humairah. Sebenarnya keduanya sama-sama menjaga Abila dan Humairah, hanya saja dengan begini keduanya bisa saling bertukar informasi mengenai atasan mereka.

Humairah meletakan cangkir tehnya, memamerkan senyum pada Yanto yang akan menjadi lawan bicaranya.

"Seminggu ini bagaimana? Kamu belum melaporkan tentang Nafisa."

"Nona Nafisa sangat cepat beradaptasi dengan sekolah dan teman barunya. Saya sudah periksa semua latar belakang teman-teman Nona dan hasilnya bagus, tidak ada yang bermasalah." jedanya.

"Beberapa hari yang lalu, Nona meminta saya untuk menjemputnya di salah satu tongkrongan gabungan yang ada di jarak lima puluh kilo meter dari sekolah, Nona -

"Untuk apa? Fisa di bully?" selang Humairah khawatir. Sebagai seorang ibu, Humairah amat takut Abila kenapa-napa terlebih hanya Abila yang ia punya di sini. Ia tidak ingin di tinggalkan untuk yang kedua kalinya oleh orang yang ia sayang.

"Tenang, Bu. Bukan apa-apa, kok. Sepertinya teman Nona yang baru berusaha memanfaatkan ketenaran Nona di media sosial. Tapi Ibu tenang saja, saya sudah tau siapa orang itu bahkan data keluarganya sudah saya miliki."

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang