After : Dua Belas

960 79 2
                                    

Malam yang terang yang penuh dengan bintang. Angin yang sejuk menyentuh permukaan kulit hingga menyambut setiap helai rambut.

Abila berdiri di sebuah stans makanan khas desa dengan berbagai macam pilihan dan rasa yang beragam. Pulang dari rumah Keira tadi, Abila di antar oleh Raka tentu dengan perdebatan panjang.

Sampai di rumah, ternyata bundanya sedang berkunjung ke rumah Lintang bersama dengan Dodi. Niatnya ingin mandi lalu tidur di urung karena pesan masuk dari Dava yang menanyai tentang aktivitasnya.

Dava : udah sampai, Bil?

Me : udah Dava, tapi Bunda ga ada di rumah.

Dava : yaudah, dari pada lo takut kita keluar mau?

Me : kemana?

Dava : kemana aja asal lo ga sendirian di rumah.

|Sharelok, nanti gue jemput.

Akhirnya Abila menyetujui ajakan Dava dan sekarang mereka ada di sini, di pasar malam yang sudah berdiri dua minggu lamanya.

Pasar malamnya masih sangat ramai padahal biasanya pasar malam akan ramai di awalnya saja. Dagangan yang di pasarkan pun beraneka ragam.

Ya jelas beraneka ragam, namanya juga pasar malam, apa saja ada.

"Terima kasih, Bu." ucap Abila sopan pada penjual yang melayaninya.

Dava tersenyum melihat interaksi antara Abila dan ibu penjual jajan pasar itu. Abila begitu lembut dalam bertutur kata. Gadis itu pun terlihat begitu sederhana padahal kehidupannya begitu mewah.

Dava tersenyum pada Abila ketika melihat gadis itu kembali mendekatinya dengan satu kantung plastik berisi kue terbalut daun pisang dan buah pisang sebagai isiannya.

"Beli apa aja?" Dava bertanya.

Abila menunjukan kantung plastik yang ia pengang, "Kue pisang, mau?"

Dava menggeleng.

Melihat respon Dava yang begitu damai membuat Abila kembali melanjutkan makannya sambil berjalan menyusuri pasar malam ini.

Diam-diam Dava memperhatikan Abila, senyum tipisnya secara malu-malu muncul dan kembali seperti semula saat Abila menoleh padanya.

"Mau kemana lagi kita, Dav?"

"Lo maunya kemana lagi?"

Abila diam, berfikir dengan matang ia akan kemana lagi bersama Dava.

"Mau ke cafe? Kita ngopi?" tawar Abila.

"Kopi?" Dava membeo. Selain cantik, manis dan lembut ternyata Abila juga memiliki jiwa yang begitu santai. Pacar-able sekali Abila ini.

"Mau?" tanya Abila lagi, memastikan apakah Dava mau atau tidak.

Dava berdehem, guratan ragu terpampang jelas di wajah Dava. Apa Dava tidak menyukai kopi? Atau Dava tidak suka bersosialisasi?

"Kalo ga mau ga apa-apa, kok." putusnya karena tidak mau membuat Dava merasa terbebani dengan keinginannya.

Dava terkekeh pelan melihat wajah panik Abila. Ia menatap Abila, "Gue bukan ga mau, tapi gue ga bisa minum kopi, Bil."

Mulut Abila membulat, ternyata Dava tidak bisa meminum kopi. Abila baru tau.

Abila terkekeh juga, "Maaf, ya. Bila ga tau."

"Gapapa." ucap Dava tenang.

Ia memberikan sebuah ikat rambut yang entah di dapatkan dari mana pada Abila. Abila menerima dengan ragu.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang