Koridor sekolah yang ramai di buat risuh dengan kedatangan Raka dan Dava. Dua lelaki yang cukup famous di SMA Merpati adalah siswa yang paling di gemari.
Keduanya sama-sama terkenal dalam bidang dan kemampuannya sendiri. Jika Dava terkenal dengan ke tekunan dan kepintarannya maka Raka terkenal dengan tingkahnya yang di luar nalar.
Adegan angkuh-angkuhan mereka terhenti dengan suara cempreng milik Keira. Perempuan itu berteriak dan langsung merangkul kedua siswa tersebut.
Keira cekikikan melihat reaksi kedua temannya yang terlihat kesal. Raka membenturkan kepalanya dengan kepala Keira dan berucap, "Berisik lo!"
Keira terkekeh, ia berganti melirik Dava yang hanya diam.
"Ga usah ngelihatin gue!" ketus Dava.
Keira tertawa. Ia bukan takut malah semakin menggelendoti leher Dava. Raka yang melihat ikut bergelayut pada Keira dan Dava.
Di ujung koridor sana, ada Abila yang melihat tingkah ke tiga temannya ikut tersenyum. Sebahagia itu melihat teman-temannya tertawa hanya karena hal sepele.
Jika seperti itu membuatnya mengigat persahabatannya dengan Lia, Okta dan juga Ririn.
AT
Duduk di kursinya dengan buku kimia yang ia jadikan kesibukan. Abila kini hanya duduk di temanin beberapa lintir orang yang memang malas untuk keluar.
Suasana seperti ini adalah suasana yang Abila inginkan. Tenang, damai dan tidak berisik. Tapi hal seperti itu sudah tak lagi bisa ia dapatkan sebab prinsip dalam hidupnya sudah di ubah. Moto dan kebiasaannya pun secara tidak langsung ikut berubah.
Seseorang datang dan duduk di sampingnya membuat Abila terpaksa menghentikan aktivitas membacanya. Di sampingnya, ada seorang murid berhijab dengan minuman botol di tangannya.
Abila mengerjit. Ia baru pernah melihat siswi ini.
"Siapa, ya?" Abila mencoba menanyakan siapa gerangan siswa berhijab di sampingnya.
Siswa itu tersenyum, mengulurkan tangannya, "Kenalin, nama gue Mita."
Abila yang menghormati siswi itu menerima uluran tangan tersebut.
"Abila."
"Gue udah tau kali tanpa lo perkenalkan diri lo." ujarnya.
"Udah tau?" beo Abila bingung.
Mita mengangguk-anggukan kepalanya heboh, "Lo kan terkenal di kalangan sosial media. Followers lo yang ribuan bikin semua orang tau, siapa lo tanpa harus lo perkenalkan diri lo." ocehnya.
Abila hanya mengiyakan setiap ucapan Mita tanpa memberi respon. Jujur saja, Abila tidak suka seseorang membahas tentang keterkenalan dirinya di media sosial.
"Oiya, pasti lo asing ya sama muka gue - Abila mengangguk - jelas lah, gue kan baru masuk setelah seminggu di rawat."
"Kenapa?" basa-basi Abila.
"Biasa lah, namanya juga cewe,"
"Hah?"
"Usus buntu, kebanyakan makan mie instan sama seblak, nih." ujarnya di sambung tawa.
Abila hanya diam.
"Omong-omong, ada perlu apa, ya?"
Mita membentuk mulutnya bulat kemudian menggeleng, "Ga ada. Gue cuma mau kenal aja sama lo, habis grup kelas ramai banget pada ngomongin lo, jadi gue penasaran dan pengen deket deh sama lo." jelas Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
After that [Selesai]
Teen FictionSeries # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyatakan sembuh dari penyakit mentalnya membuat Abila sangat bersyukur terlebih lagi ia bisa berkumpul deng...