After : Empat Puluh Delapan

797 75 6
                                    

Kakinya baru saja melangkah masuk ke dalam kelas namun sudah di hadang oleh beberapa siswa yang menanyai tentang keberadaan pacarnya, tidak, mantan pacaranya.

"Bil, Raka benar pindah ke Surabaya?"

"Surabaya?" beonya.

Bukankah Raka pindah ke Jerman? Ini ada apa? Dirinya yang di bodohi atau teman-temannya yang memang di kelabui?

Abila menggeleng, "Bila ga tau..." jawabnya cari aman.

"Gimana lo ga tau, kan lo pacarnya!" jawab laki-laki dengan seragam di keluarkan.

"Udah, ga usah di tutup-tutupin lagi, kita udah tau kali!" sambar yang lainnya.

Abila menghela, "Bila udah putus." setelah menjawab itu Abila menerobos masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Keira yang sibuk dengan ponselnya.

"Kei-

"Lo benaran udah putus, Bil?"

Pertanyan spontan Keira membuat Abila terkaget. Apa-apaan pertanyaan itu? Tidak sopan. Seakan Keira puas sekali dengan apa yang telah terjadi padanya.

"Iya." jawabnya jujur.

Keira menatap Abila penuh keseriusan, "Raka pindah ke Surabaya, lo udah tau?"

Abila mengangguk, "Udah."

"Guru tadi dateng ngasih tau kalo Raka pindah kemarin. Gue mau coba tanya tapi telepon gue ga di jawab dari tadi, padahal nomornya aktif!"

Abila hanya diam saja. Ia tidak bisa menjawab apapun. Hatinya saja masih berusaha ia tata kembali. Tidak mudah untuk menata hati yang sudah dua kali di buat berantakan.

Diamnya Abila membuat Keira merasa bersalah. Dirinya terlalu jahat untuk Abila. Pertanyaannya tadi benar-benar membuat hati siapa saja terluka.

Lo benaran udah putus?

Jahat sekali. Pertanyaan itu seakan-akan menjerumus pada kepuasan pribadi. Tidak. Keira reflek mengatakan itu karena saking paniknya.

Raka pergi tanpa pamit dan itu benar-benar membuat Keira kelimpungan.

Keira mencoba menatap Abila yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja dengan berbantalkan lengannya sendiri. Keira mencoba menepuk punggu Abila berharap gadis itu mau menatapnya. Baru sekali tepukan Abila sudah menegakkan tubuhnya, memandang Keira penuh tanya.

"Ada apa, Kei?" tanyanya halus tidak ada emosi sama sekali.

Keira berdehem, "Maaf, pertanyaan gue tadi kasar, ya? Maaf ya."

Abila terkekeh, "Ga papa."

'Udah kebal.'

"Gue benaran-

"Bila!"

Kompak Abila dan Keira menatap depan di mana ada Nadia teman satu kelasnya yang berdiri di ambang pintu dengan beberapa lembar kertas.

"Udah tau hukuman apa yang di kasih guru buat Mita belum?"

Dari kursinya Abila menggeleng.

"Mita di skor selama tiga bulan. Ini kertas skorsingnya baru aja mau gue kasih."

"Mitanya ga masuk, Nad!" teriak teman sebangku Mita yang tidak terlalu dekat dengan Mita.

Nadia di depan manggut-manggut, "Yaudah, gue kasih adeknya aja, deh."

"BTW, Bil. Freya sama Ayu juga di skor. Tapi cuma seminggu."

"Yaudah, gue kasih suratnya dulu, ya! Bye!" lanjut Nadia segera berjalan meninggalkan kelas menuju kelas Freya dan Ayu.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang