After : Tujuh Belas

838 78 3
                                    

"Kalo jalan pakai mata!"

"Jalan pakai kaki lah, gimana jadinya kalo jalan pakai mata." cibir Keira pada orang yang ia tidak kenal.

Gadis itu memasuki sebuah kantor dengan membawa rantang berisi makan siang sang papah. Berjalan dengan santai memasuki lift dan menekan tombol tiga di mana ruangan papahnya berada.

Keira mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk. Di dalam ada papahnya yang sedang berkutat dengan leptop dan berbagai map.

"Pah..." Keira memanggil sang papah.

Anton - papahnya menonggak tersenyum kepada anak satu-satunya. Menyuruh Keira mendekat dan di lakukan oleh Keira.

Keira meletakan rantang berisi makan siang yang di buatkan mamahnya khusus untuk sang papah.

"Nih, Pah. Mamah di suruh ke rumah Nenek makanya Kei yang antar makan Papah." jelas Keira.

Anton mengangguk, "Iya. Mamah tadi udah bilang sama Papah. Makasih, ya."

Keira mengangguk, "Yaudah, Kei pulang ya, Pah. Mau keluar sama teman."

"Eh! Perginya di pending aja, ya-

"Kenapa, Pah?"

"Uem.. Papah mau minta tolong, kamu temenin anaknya teman Papah dulu bisa ga? Papah ada kerjaan sama Ayahnya."

Alis Keira bersatu. Fungsi dirinya apa? Untuk apa?

"Anaknya masih kecil?" tanya Keira

Anton menggeleng, "Seumuran sama kamu."

"Ah?"

"Ya kali, Pah. Masa udah gede masih minta di temenin sih. Ga mau ah, Kei mau pulang aja!" putus Keira. Ia berjalan keluar tapi papahnya menahan.

"Tolong, teman Papah ga bisa bawa mobil jadi anaknya yang bawa mobil,"

"Kan bisa anaknya pulang dulu nanti Ayahnya di jemput kalo udah selesai ribet amat sih Pah." kesal Keira.

Anton terdiam. Anaknya memang pintar. Keira tidah bisa di perdaya.

"Kamu ini, susah sekali sih kalo di mintain tolong. Papah cuma minta tolong kamu temanin anak teman Papah, udah itu aja."

Sekarang Keira yang terdiam.

"Sekarang, mau apa ga? Papah minta tolong nih sama kamu-

Ceklek.

"Ya, gimana, mau nolak juga orangnya udah dateng." potong Keira ketika mendengar suara pintu terbuka. Sudah dapat di pastikan jika itu adalah orang yang papahnya bilang tadi.

Keira berbalik banda, matanya melotot, "LO?!"

EX

Rumah minimalis dengan dua lantai itu terlihat sepi sebab dua orang pemilik rumahnya sedang berada di dapur. Dava bersandar di pilar dapur sambil menatap ponselnya.

Bundanya yang mendengar suara notifikasi pesan terus datang menghantui ponsel anaknya menatap Dava penuh tanya.

"Siapa, Dav? Ramai sekali ponselmu?" tanyanya lembut.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang