After : Sembilan Belas

792 68 3
                                    

"Kamu ngapain aja? Udah jam setengah tujuh, lho." seru Humairah kesal.

Abila menonggak, gadis itu sudah siap dengan pakaian sekolahnya tapi yang membuat Humiarah gagal fokus adalah pergerakan anaknya.

"Kamu sakit?"

Abila menggeleng.

"Itu kenapa meganggin perut?" Humairah berjalan mendekat, memegang bahu anaknya yang terlihat sedang menahan sakit.

"Ga papa, Bund. Kayanya aku sembelit, tapi udah minum obat kok."

"Benar?" tanya bundanya memastikan.

Abila memamerkan senyumnya, ia mengambil tasnya lalu berdiri di susul Humairah.

Abila mengelurkan tangan, menyalimi Humairah untuk izin berangkat sekolah.

"Bila berangkat, Bund."

EX

Saat semua orang tengah sibuk dengan teman-teman mereka, membicarakan banyak hal mengenai kehidupan atau kisah cinta itu tidak berlaku untuk Raka yang memilih menopang dagu di kursinya.

Sepuluh menit lagi masuk, tapi semangat belajar yang biasanya ada di jiwa dan hati Raka kini menghilang. Biar kata dirinya tidak begitu pintar, tapi Raka terus berusaha membuat dirinya nyaman dengan semua pelajaran yang ada agar otaknya bisa menerima.

Ibunya pernah mengatakan jika diri kita menerima dan menganggap semua jenis pelajaran itu mudah, maka semua akan terasa mudah. Begitu pula sebaliknya.

Entah mengapa sejak ia datang dan menginjakkan kaki di kelas. Rasanya amat berbeda. Dan sekarang Raka memilih duduk tenang di kursinya menikmati dinginnya udara pagi di tambah dengan AC.

Suasana seperti ini membuat matanya berat, ingin memejamkan mata namun sadar jika beberapa menit lagi guru akan segera datang.

"Kenapa?"

Raka menoleh pada Dava lalu menggeleng. Laki-laki itu sejak tadi memang ada di sampingnya, tapi di sibukkan dengan bukunya itu.

Dava menutup buku bercover hitam dengan tulisan Goyton dan Hall buku ajar Fisiologi Kedokteran karya John E. Hall.

"Lo punya masalah?" tatapan Dava membuat Raka tersenyum konyol. Dava memberikannya tatapan yang aneh, seperti tatapan seorang kekasih yang khawatir pada pacarnya.

"Kenapa ketawa?" Dava bertanya lagi. Raka memang ajaib, ditanyakan keadaannya dengan serius malah di balas dengan tawa.

"Lo kaya pacar gue tau, ga." ungkapnya di selinggi tawa.

Dava geleng kepala, "Lo ada masalah?"

Pertanyaan itu kembali di ucapkan. Dava masih penasaran dengan jawaban Raka. Raka terlihat lelah.

"Ga ada, Dav. Gue cuma ngantuk semalaman begadang." tutur Raka.

"Ngapain?"

"Nge-PS."

"Sama siapa?"

"Sendiri. Adek gue tidur."

"Kenapa lo ga tidur?"

Raka memutar mata. Memilih merebahkan kepalanya di atas meja tidak memperpanjang pembicaraannya dengan Dava. Ia ingin tidur saja.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang