Abila turun dari mobil merahnya dengan sangat terburu sampai lupa berpamitan pada supir pribadinya. Dengan kecepatan yang super kencang Abila mendekat pada pintu pagar yang sudah terkunci.
"Pak, bukain dong." mohonnya pada satpam sekolah yang terlihat sedang berpatroli.
"Lho, telat Neng?
"Iya, Pak. Tolong ya saya murid pindahan." ucap Abila lagi.
Satpam itu mendekat, terlihat seperti sedang melakukan komunikasi dua arah dengan HTnya. Tidak lama ia membukaan pintu dan berucap, "Karena Neng murid pindahan kata Bu Sainah di kasih kesempatan. Besok-besok jangan telat lagi ya, sekolah masuk jam delapan itu artinya Neng harus-
"Iya, Pak, mengerti! Saya permisi." kali ini Abila benar-benar durhaka. Ia langsung berlari menyusuri koridor sekolah dengan sangat cepat. Ini karena alarmnya tidak berbunyi atau entah Abila sendiri yang lupa menyetel, intinya ini salah alarm.
Abila langsung naik ke lantai tiga di mana kelas dua belas berada. Ia mencari kelas dengan papan XII IPA 1 dan ternyata kelasnya tidak jauh dari kakinya berpijak saat ini.
Abila berjalan mendekati pintu, di lihatnya sedang ramai bahkan ada juga guru di dalam kelas. Abila mengetuk pintu dan saat itulah semua mata murid tertuju padanya.
Guru di dalam mendekat lalu tersenyum pada Abila, "Kamu Abila? Murid pindahan dari Panca Buana?"
Abila mengangguk malu, "Iya, Bu. Maaf terlambat."
"Tidak apa-apa. Ayo masuk."
Bersamaan dengan guru berhijab itu, Abila berjalan masuk kedalam kelas yang cukup ramai.
"Perhatiannya anak-anak. Perkenalkan ini Abila, pindahan dari Panca Buana, - guru itu menoleh pada Abila - Silahkan perkenalkan dirimu, Nak."
Abila mengangguk, "Baik, Bu. Selamat pagi teman-teman. Saya Abila, mohon bantuannya."
"Itu saja?" Abila mengangguk.
"Baik, ada yang mau di pertanyakan sebelum Abila duduk?"
Seorang murid laki-laki mengangkat tangannya, "Saya, Bu."
"Ya, Johan, silahkan."
"Lo Abila mantannya Lio, kan? Yang udah nikah sama Aruna?"
Abila tidak menjawab, ia hanya diam tapi bibirnya menyunggikan senyum tipis.
"Eh, bogo! Pertanyaan lo ada-ada aja!" teman semejanya menyela.
"Abaikan aja, Bil. Johan emang lemes mulutnya. Btw, gue follow lo, follback, ya!" lanjut Saipul di soraki teman sekelasnya.
Abila tertawa kecil, "Iya."
Kelas langsung heboh, terlebih mereka yang mengikuti instagram Abila.
"Ibu harap kamu maklum sama kelas ini, ya. Anak IPA di sini tidak sama seperti Panca Buana."
"Iya, Bu, tidak masalah."
Guru itu menghadap depan kembali, mencari tempat duduk yang kosong untuk Abila tempati.
"Keira, tunjuk tangan."
Gadis berambut sebahu itu mengangkat tangannya.
"Nah, Bila, kamu bisa duduk sama Keira."
"Ibu keluar dulu, ya, anak-anak." lanjutnya langsung keluar kelas.
Abila mengangguk, mengucapkan terima kasih lalu berjalan pada kursi ke dua dari depan.
"Hai." sapa Keira nampak senang pada Abila.
Abila pun sama senangnya, ia mengangguk sekali lalu duduk di samping gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After that [Selesai]
Teen FictionSeries # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyatakan sembuh dari penyakit mentalnya membuat Abila sangat bersyukur terlebih lagi ia bisa berkumpul deng...