Kaki jenjang berbalut kaus kaki berwarna putih di lapisi sepatu hitam itu melangkah pela menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Kakinya memasuki kelas dengan mata mengerjit, hanya ada lima murid dengan Keira yang menjadi salah satunya.
Abila tersenyum membalas sapaan Keira. Ia mendekat pada kursi kosong di samping Keira, duduk dengan tas yang ia taruh di atas meja.
Keira meletakan ponselnya, memandang Abila, "Kantin, yuk?" ajaknya.
Abila mengangguk, "Ayok. Bila mau beli air."
Setelahnya, kedua gadis itu berjalan keluar kelas dengan senyum hangat mereka. Mulai memasuki kantin yang sama sepinya membuat keduanya lebih leluasa memilih makanan dan minuman apa yang mereka inginkan.
"Gue mau jajan gorengan, ah. Lo mau jajan ga, Bil?" ajak Keira sih penikmat gorengan jenis apa saja.
Abila melirik ibu menjual gorengan yang sedang sibuk menggoreng tahu tepung atau bundanya biasa sebut tahu isi. Di lihat dari tampilannya sudah menggugah selera apa lagi sambal di sampingnya pun menambah perut berdemo minta di isi.
"Mau ga?" Keira bertanya lagi.
Abila mengangguk, "Boleh deh."
Kedua gadis itu mendekat pada stans gorengan. Keira memilih dua tahu, satu tempe dan dua oncom sebagai menunya. Sedangkan Abila memilih tiga tahu dua tempe untuk perutnya.
Abila mengambil gunting dan piring yang sudah di sediakan, gadis itu mulai memotong gorengan tersebut menjadi beberapa bagian lalu di masukan pada plastik ES.
Keira memperhatikan Abila yang sibuk menuang sambal pada plastik gorengannya.
Abila punya cara yang sama dengan dirinya jika sedang memakan gorengan.
"Ternyata ga cuma gue yang makan gorengan begitu, Bil." ucap Keira tiba-tiba.
Abila menoleh, "Maksudnya?"
"Raka dan Dava selalu ngetawain gue kalo kita lagi makan gorengan. Mereka berdua lebih suka makan gorengan pakai cabe, beda sama gue yang sukanya pakai sambal." jelasnya sejelas-jelasnya.
Abila tersenyum, "Mereka terlalu cool, kita yang hot mah diam aja di pojokan."
Keira terkejut. Abila ternyata memiliki sifat yang random. Bagaimana bisa seorang gadis di depannya ini berbicara seperti dirinya padahal kesehariannya Abila begitu sopan. Tidak ada gaya gaul yang gadis itu perlihatkan.
Abila menoleh pada Keira yang terdiam, ia memilih melanglah untuk membeli minum dari pada nungguin ketidak pastiaan Keira.
Keira terkejut melihat Abila di jarak lima langkah darinya. Abila baru saja di tabrak oleh seseorang dan sialnya sambal gorengan itu tumpah menimpa rok serta kaki Abila.
Cepat-cepat Keira mendekat, membantu Abila membersihkan kakinya dengan tangan bebasnya. Abila menghalang Keira melakukannya lagi karena bisa membuat tangan gadis itu lebih kotor.
"Lo ga apa-apa, Kan, Bil?" tanya Keira khawatir.
Abila mengangguk, "Gapapa, cuma kaget aja." balas Abila.
Keira menonggak, menatap sinis seorang laki-laki yang menabrak Abila tadi. Keira bangun, menghadap laki-laki itu.
"Lo jalan pake mata, ga? Hah!" teriak Keira.
Laki-laki itu hanya diam dengan sorot tidak perduli.
"Bisu lo, Hah! Minta maaf, kek, bantuin kek, diam aja macam patung!"
Tanpa banyak kata yang di ucapkan laki-laki itu, ia memilih membantu Abila yang masih sibuk membersihkan rok dan kakinya dari sisa kacang dan cabai.
KAMU SEDANG MEMBACA
After that [Selesai]
Ficção AdolescenteSeries # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyatakan sembuh dari penyakit mentalnya membuat Abila sangat bersyukur terlebih lagi ia bisa berkumpul deng...