Abila tersenyum melihat beberapa foto yang di kirimkan oleh Ririn. Foto berlatar kamar Lia serta beberapa teman-temannya yang menjadi objek, membuat rindu hatinya sedikit berkurang.
Jika di lihat, sepertinya sudah banyak perubahan di antara mereka. Tujuh bulan tidak melihat teman-temannya membuat Abila lupa dengan wajah dan perawakan para temannya.
Tujuh bulan yang amat panjang hingga bisa membuat wajah seseorang berbeda. Glow up.
Kiriman foto yang berasal dari Ririn membuat Abila sedikit mengerti jika tanpa hadirnya sekali pun, mereka tetap baik-baik saja, seperti tidak ada yang kurang.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?"
Abila menoleh, memamerkan senyum pada Raka yang duduk di sampingnya. Laki-laki itu terlihat tenang dengan gelas esnya yang sedang ia genggam.
Saat ini, Abila sedang duduk sendiri di tribun basket. Ia ingin menenangkan pikiran sekaligus memeriksa beberapa data perusahaan. Namun, kehadiran Raka membuat kegiatannya harus terhenti.
Abila memutar badan menatap Raka yang juga sedang memperhatikannya.
Raka tersenyum sangat manis pada Abila yang terlihat bingung, Abila memang manis dan begitu cantik jadi siapa saja tidak akan bosan jika harus memandang Abila dalam waktu yang lama.
"Woy ... Kenapa, gue ganteng, ya?"
Abila tersadar, ia menggeleng tidak tau kerena apa. Nalurinya tiba-tiba saja meminta kepalanya untuk menggeleng.
Alis Raka bersatu. Masa dirinya seganteng ini ga di hargain, sih. Kebangetan banget nih Abila!
"Gue ga ganteng, Bil? Ya Allah, jahat sekali. Padahal gue udah menipedi, krimbat, sampe mandi cokelat lho tadi. Serius ga ganteng?"
Abila terkekeh. Raka memang sehumor itu. Gelengan kepala Abila membuat Raka tersenyum apa lagi ada senyum di bibir gadis itu. Sangat manis.
"Maksud Bila, bukan gitu, Raka,"
"Terus gimana? Gue jelek, gitu? Ya, sama aja dong!"
Abila tidak bisa lagi menahan senyumnya. Gadis itu benar-benar menampilkan bulan sabitnya. Sabit yang sering Abila tunjukan pada Lio.
"Iya, Raka jelek. Banget malah."
Tau saltingnya Raka seperti apa? Laki-laki berkulit putih dengan mata besar mirip sepertinya itu menunduk tidak jelas, pipinya merah.
Padahal Abila mengatainya jelek, tapi mengapa Raka salting? Ya karena gaya bicara dan mimik wajahnya woy! Tolong lah, Raka butuh oksigen.
Telunjuk Abila menyentuh pipi Raka secara mendadak. Raka yang di berikan tindakan seperti itu mendadak kaku. Abila menyentuhnya.
"Raka lucu."
Tidak mau terlihat jika ia salting, Raka memutuskan untuk bangkit berniat untuk meninggalkan Abila di lapangan.
"G-Gue ke toilet dulu, bye!"
Abila melongo melihat Raka yang jalan dengan begitu cepat. Ia melirik telunjuknya, ada bekas makanan yang baru saja ia ambil di sudut pipi Raka.
AT
Koridor sekolah sudah amat sepi. Seharusnya Abila pulang sejak tadi. Mengapa dengan bodohnya ia malah berdiam diri di tribun sekolah padahal jam pulang sudah berbunyi.
Dengan pelan kakinya melangkah turun, matanya tidak lepas dari setiap kelas yang ia lewatin takut-takut ada sesuatu yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After that [Selesai]
Teen FictionSeries # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyatakan sembuh dari penyakit mentalnya membuat Abila sangat bersyukur terlebih lagi ia bisa berkumpul deng...