After : Tiga Puluh

755 67 4
                                    

Depan gerbang SMA Merpati sedikit terjadi keributan yang membuat anak Merpati sulit untuk masuk.

Para penjaga yang di tugaskan oleh Yanto sudah menghalang anak Panca Buana dengan baik dan membiarkan anak Merpati masuk.

Lio, Farhan, Ghani, Lintang dan Jayden berdiri di depan para pria mirip algojo yang tengah menghala mereka. Sementara para perempuannya membujuk dua satpam yang berjaga.

Lintang dan Jayden sebenarnya ada di pihak Abila. Mereka ikut karena ingin memastikan jika teman-temannya tidak bisa masuk.

"Pak, saya cuma mau ketemu teman saya aja di dalam. Kenapa ga boleh sih?!" Farhan berbicara pada pria berjas di depannya persis.

Pria dengan kaca mata hitam itu menggeleng, "bertemunya nanti saja jika sudah pulang sekolah. Lagi pun kalian ini tidak bisa di bilang teman karena terlalu liar!"

"Pak, Om, Mas atau Abang. Dengar, ya. Di dalam ada teman saya yang namanya Abila. Dia dan kami memiliki sedikit masalah di masa lalu. Dia menghilang pergi ke belanda dan kepulangannya ke indonesia dia rahasiakan. kami hanya ingin bertemunya untuk meminta maaf atas-

"Jika dia sampai menghilang dan datang tidak memberi kabar, berati dia tidak ingin di temui oleh kalian." jawab pria itu.

Farhan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Pria di depannya begitu menyebalkan. Farhan tidak menyukai cara bicaranya.

"Pak!"

"Udah, Han. Kita ga bisa teriak-teriak terus kaya gini. Orang Merpati bakal ngira kita nyari masalah sama mereka." lerai Lintang yang ada di samping Farhan.

Di sini yang paling terlihat emosi adalah Farhan. Entah mengapa Farhan begitu yakin jika Abila memang benar-benar ada di dalam sekolah ini.

Ririn maju mendekat pada Lio yang sejak awal datang hanya diam. Menepuk pundak temannya. Lio menoleh.

"Kayanya yang Ghani foto bukan Abila, Yo. Mending kita pulang aja terus kita tanya sama nyokap lo, ya?"

"Gue yakin Abila di dalam, Rin." jawab Lio dingin.

"Lo yakin? Anak buah Tante Tasya udah mastiin kalo itu Abila? Benar kalo Abila udah balik dari Belanda?"

Lio diam. Semalam Tasya datang ke dalam kamarnya dan mengatakan jika anak buahnya tidak ada satu pun yang bisa mencari Abila. Belum dapat di pastikan jika Abila masih di luar negeri atau sudah kembali, karena Staven mengatakan jika koneksi Abila sengaja di putus atau di tutupi oleh seseorang.

Lio membuang napas panjang.

"Mamah bilang koneksinya di tutup, jadi mereka ga bisa mastiin itu Abila atau bukan."

"Tapi gue yakin banget kalo itu Abila. Gue yang ada di tempat kejadian. Gue benar-benar yakin kalo itu Abila. Teman kita."

Suara Ghani masuk di tengah-tengah perbincangan antara Lio dan Ririn. Dalam hati Ririn memaki Ghani yang membuat Lio keras kembali.

"Tapi itukan menurut lo. Bisa aja mata lo salah." balas Ririn lagi.

Okta maju selangkah, memandang Ririn intens, "Lo dari tadi gue lihatin kok kaya sengaja ngegoyah kita, sih, Rin. Jangan-jangan lo udah tau Abila di Indo? Benar?"

'Mampus gue!'

"Bukan gitu. Logika lah! Gue tau kalian terutama Lio merasa bersalah banget sama Abila. Masa kalo gue tau Abila balik gue ga kasih tau ke kalian."

"Tolong lah, fikiran negatif tentang guenya di singkirin dulu. Dari dulu negatif banget, heran." elakan yang bagus. Lintang yang mendengar tersenyum tenang.

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang