After : Tiga Puluh Satu

744 70 10
                                    

Abila bersorak kencang ketika mereka berhasil melewati pintu gerbang yang masih di isi oleh Lio dan kawan-kawan dengan mulus. Walau tadi sempat terhalang oleh Mark yang menanyai macam-macam dan pria itu baru berhenti ketika Abila menunjukan ponselnya yang berisi sebuah note yang Abila tulis dengan cepat.

Ketika membaca itu Mark langsung buru-buru membuka jalan dan membiarkan Raka dan Abila pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika membaca itu Mark langsung buru-buru membuka jalan dan membiarkan Raka dan Abila pergi.

Raka tersenyum mendengar suara-suara gembira yang muncul dari bibir gadis yang di boncengnya saat ini. Abila terlihat senang dan kesenangan itu membuat Raka bertanya, apakah mantan pacar Abila sebegitu mengerikannya?

"Awas gigi lo kering, Bil." ucap Raka diiringi tawa. Abila yang mendengar tertawa puas.

Abila memajukan kepalanya mendekat pada telinga Raka, "Gapapa!" jawabnya semangat.

Raka hanya geleng kepala saja.

Motor Raka masuk ke dalam komplek rumahnya. Awalnya Abila tidak sadar, sampai pada rumah Dava terlewati Abila baru sadar jika ini menuju rumah Raka.

Motor berhenti di depan gerbang yang tertutup. Raka membunyikan klakson motornya lalu muncul lah satpam yang membuka pagar tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih Raka menjalankan motornya masuk kedalam rumah. Memarkirkannya lalu Abila turun.

Abila terlihat bingung. Mengapa Raka membawanya ke sini?

"Ini tempat paling aman buat sekarang. Lo ga mau ketemu mantan lo kan?"

Sontak Abila mengangguk.

Raka menggandeng tangan Abila. Membawa gadis itu masuk kedalam rumah yang pintunya tertutup.

"Assalamualaikum, Bu!"

"Waalaikumsallam! Wah, ada anak cantik!"

Abila tersenyum ramah dan malu. Ia menyalimi Rahmi, memeluk wanita itu sebentar.

"Sehat, Nak?"

Abila mengangguk, "Sehat Tante, Alhamdullilah."

Raka menggeleng melihat interaksi antara Ibu dan temannya. Ia bahagia karena sudah beberapa hari ini tidak melihat Ibunya tersenyum selebar itu. Rahmi banyak diam setelah kepergian Jafran.

Raka lebih dulu duduk di sofa. Masih memperhatikan dua wanita beda generasi di depannya.

"Ayo, duduk, Nak!" ajak Rahmi. Abila mengikuti.

Abila duduk di samping Rahmi sedangkan Raka duduk di depan mereka. Rahmi memanggil ARTnya untuk membuatkan minum untuk mereka.

Abila yang masih canggung memilih diam. Ia bingung harus membuka pembicaraan dari mana. Tiba-tiba, pungung tangannya di sentu oleh Rahmi membuat Abila otomatis menoleh.

"Terima kasih, ya, sayang," ucap Rahmi tiba-tiba terdengar begitu tulus.

"Terima kasih untuk apa, Tante?"

After that [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang