64|AH, TERNYATA DIA

462 88 11
                                    

"Alex ...! Alex!"

Suara sorakan terdengar saat Alex mulai memasuki lapangan basket. Hari ini adalah hari dimana turnamen basket antar sekolah digelar. SMA Worentz melawan SMA Angkasa yang beranggotakan Raylen—musuh bebuyutan Alex.

Zoya yang merupakan anggota cheerleaders nampak sangat antusias. Tidak, lebih tepatnya caper kepada siswa-siswa dari SMA angkasa. Maklum, banyak cogan.

Tim Alex sudah berhasil memenangkan dua poin, sementara tim Raylen masih nol.

Alex kembali mendribble bola dengan Raylen yang bersusah payah merebutnya. Namun, siapa yang bisa melawan seorang Alexandre? Dalam keahliannya bermain basket, tentu saja Raylen kalah telak.

"Gak usah berharap lebih. Lo kalah dalam berskateboard, tawuran, juga dalam bermain basket." Alex mengejek sembari tertawa sinis. Lalu, ia memfokuskan pandangan pada sebuah ring berwarna merah. Pemuda itu menembakkan bola dengan gesit. Dan, ya! Tentu saja bolanya masuk dengan sempurna.

Pertandingan berakhir dengan tim Alex mencetak tiga poin. Sementara tim lawan kosong. Benar-benar luar biasa! Tim Raylen dibuat mati kutu oleh kehebatan Alex.

"Alex!" Isya berlari ke area lapangan. Gadis itu berjinjit, memeluk leher Alex kemudian mencium pipinya. Oh-oh, tidak. Apa yang gadis itu lakukan? Sepertinya saraf otaknya sudah mulai terkontaminasi oleh ketololan kekasihnya, Alex.

Seakan tersadar dengan kelakuannya, Isya segera menjauhkan diri. Gadis itu berlalu sambil menundukkan kepala. Bagaimana bisa ia mencium Alex di hadapan siswa-siswi sebanyak itu? Ah, sangat memalukan!

Raylen mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sudah cukup. Lihat saja. Sebentar lagi. Hanya sebentar lagi. Tidak apa jika ia kalah dalam bermain basket. Karena, kemenangan yang sesungguhnya akan segera ia gapai.

Alex keluar dari area lapangan, lekas menghampiri Isya yang terduduk di bangku kayu. Gadis itu menyodorkan sebotol air mineral yang langsung disambut oleh kekasihnya. Lalu diminumnya hingga tandas.

"Alex, tadi itu keren!" Isya berujar terkagum-kagum.

"Biasalah." Seperti biasa, Alex akan menjawabnya dengan sejuta kesombongan. Oleh sebab itu, Isya jadi malas memuji Alex yang memiliki tingkat pede diatas rata-rata.

Ponsel Isya berbunyi samar. Bergegas gadis itu membuka bilah notifikasi.

Scret admirer:
Selamat atas kemenangan pacar lo.

Isya tersenyum kecil, kemudian mulai mengetik di papan keyboard.


Tentu. Terimakasih.

Ia mengedarkan pandangan. Dan tepat di jajaran penonton paling belakang, lelaki berhoodie kuning ada di sana. Namun sayang, wajahnya tidak terlihat lantaran terhalang penonton lainnya.

Isya mendekat untuk melihat lebih jelas, tetapi lelaki itu sudah terlebih dulu menghindar. Ia berlari menuju belakang sekolah.

Isya pun tak tinggal diam. Gadis itu mengejar, sampai akhirnya ia berhasil menggapai dan membuka tudung hoodie. Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi. Isya hanya perlu membalikkan tubuh lelaki tersebut dan semuanya akan terjawab.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang