53|STRATEGI GADIS ULAR

561 95 4
                                    

"Eh, tunggu!" panggil Zoya sembari menghentikan langkah salah satu siswa.

"Ada apa?" Pemuda berbibir tebal itu menatap dengan kedua alis yang bertaut.

"Lo mau gak bantuin gue?" tanya Zoya tanpa basa-basi.

Lelaki dengan mata keranjang tersebut menatap penampilan Zoya dari atas sampai bawah. Lumayan, pikirnya. "Hm, bantuin apa?" tanyanya setelah beberapa saat membisu. "Tapi lo harus kasih imbalan," lanjutnya, tersenyum sinis.

Zoya mengibaskan rambut—memperlihatkan leher jenjangnya. "Lo bakal dapetin apa yang lo mau kalo berhasil ngelakuin apa yang gue suruh," ucapnya yang langsung di angguki oleh lelaki itu.

"Gue setuju."

Zoya menjelaskan strategi yang akan ia jalankan pagi ini. Bagaimanapun caranya, rencana Zoya kali ini harus berhasil.

"Lo sanggup gak?" tanya Zoya setelah selesai menjelaskan panjang lebar.

Lelaki itu tampak berfikir. Agaknya dia merasa ragu. "Gue gak berani. Setelah itu Alex pasti bakal habisin gue."

Mata Zoya membola. Namun sedetik setelah itu garis bibirnya melengkung ke atas. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah lelaki itu. "Apapun yang lo minta bakal gue turutin," bisik Zoya sembari meniup sensual telinga pemuda tersebut.

Lelaki itu tersenyum nakal, lantas mengelus pipi Zoya. "Oke. Gue bakalan lakuin," ujarnya yang kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

∆∆∆

Isya menemukan setangkai bunga matahari di dalam loker. Disampingnya terdapat sebuah pesawat kertas. Lipatannya begitu rapi. Sudah Isya duga siapa orangnya. Tentu saja siapa lagi kalo bukan scret admirernya?

Selamat pagi, pagi ini lo kelihatan ceria. Apa lo habis menangin give away?

Isya merotasikasn bola matanya. Give away? Yang benar saja! Tapi, ya, memang benar wajahnya nampak berseri-seri. Memori kemari bersama Alex terus melekat diingatan hingga membuat senyuman tak pudar dari wajah gadis itu.

Tentu saja balon yang sama tidak tertinggal, sama seperti biasanya balon itu terbang dari balik jendela.

Seakan tersadar ada hal ganjil, Isya kembali mengingat; balon kuning, kertas kuning, hoodie kuning dan sekarang bunga matahari yang tentunya berwarna kuning. Apakah alasan di balik itu? Oke, Isya berfikir mungkin saja scret admirernya pencinta warna kuning.

Namun, rasa penasaran masih menghantuinya, ia menatap layar ponselnya. Haruskah dirinya menanyakan hal ini kepada scret admirernya? Tetapi, bukankah hal itu akan terkesan sangat konyol? Sudahlah, tidak penting juga. Ini hanya masalah warna. Kenapa Isya jadi kepo seperti ini?

Ting!

Scret admirer:
Kenapa lo cuma berdiam diri sambil natap layar ponsel? Apa ponsel lo lebih indah ketimbang bunga pemberian dari gue?

Isya berpikir sejenak. Kemudian segera mengetik di papan keyboard.

Apa kamu menyukai warna kuning?

Scret admirer:

Tentu. Dan semua itu karena lo. Lo selalu ceria layaknya matahari. Wajah lo selalu bersinar indah, seindah mentari pagi. Karena itu gue selalu suka warna kuning. Tidak, lebih tepatnya diri lo.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang