48|DISKRIMINASI PEMUDA KUTUB

589 90 31
                                    

Sambala, sambala, bala sambalado terasa pedas, terasa panas ....

Sambala, sambala, bala sambalado, mulut bergetar, lidah bergoyang ....

Arthur melakukan dance dihadapan Kinan, diiringi musik Sambalado favoritnya.

Tepat setelah musik berhenti,

"Putri keong, maukah kau menerima pangeran kodok menjadi kekasihmu?" tanya Arthur dengan sebelah lutut yang bersimpuh dilantai.

Ia mengeluarkan sebuah kotak lantas membukanya. Dari sana keluar katak berukuran besar, yang langsung melompat ke ujung kepala Kinan.

Gadis itu menjerit histeris. Semua orang juga tau jika Kinan sangat takut terhadap hewan amfibi berkulit licin tersebut.

"ARTHUR ANJING!" Kinan mengumpat kasar.

"Owalah, padahal kodoknya udah gue latih supaya bisa bersikap baik kepada calon mama," celetuk Arthur. Lekas mengambil kodok dari rambut Kinan dengan tangan telanjang, lalu memasukannya kembali ke dalam kotak.

"Gila lo, Thur. Ngapain pake bawa kodok segala?" tanya Alvin tak habis pikir.

"Kan biar mendalami peran gue sebagai pangeran kodok." Jawaban enteng tercetus dari mulut Arthur.

"Kinan, lo mau, 'kan jadi pacar gue? Mau yah, mau, yah? Lo gak kasian apa sama gue? Nanti di cap sebagai jomblo kronis." Arthur mendramatisir.

"Nggak! Mana ada nembak cewek yang dicintai kayak gini. Yang ada malah bikin jantungan! Dasar pecicilan!" Kinan berujar sarkas seraya mendelik tajam.

"Iya iya. Nanti gue beliin lo cendol mang Dadang, deh. Sebagai bukti cinta gue," terang Arthur tersenyum jenaka.

"Cendol? Kagak jaman, Bro! Nembak pake kodok sama cendol? Mari berdamage!" sembur Ciko, tertawa ngakak.

"Nanti gue beliin lo kalung, cincin, mobil, sama rumah. Tapi didalam mimpi aja, ya. Di real life mah jangan. Berat, gak akan kuat," kelakar Arthur.

"Ngakak akutuh!" sergah Alvin.

"Anak tukang becak mah apa atuh, selalu kalah sama anak sultan," lontar Arthur, berlebihan.

"Thur, emangnya bokap lo tukang becak? Pantesan, anaknya juga cocok kalo profesinya jadi tukang becak," canda Ciko.

"Sembarangan! Mana ada bapak gue tukang becak. Dia itu selebritis terkenal."

"Maksud lo terkenal dengan keahliannya mengayuh becak?" gurau Alvin.

"Berisik lo pada ...! Kinan, lo mau gak jadi pacar gue?" ulang Arthur.

"Kinan terima aja," saran Isya seraya tersenyum manis.

"Iya, Kin, terima aja," timpal Selena.

Kinan terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk mantap. "Oke, deh. Gue terima."

Sungguh, proses percintaan Arthur dan Kinan itu terjadi begitu singkat. Tidak ada masa pdktan. Tau-tau langsung jadian.

Suara sorakan kini riuh—mengundang rasa penasaran dari siswa-siswi yang ada disana, termasuk Zoya.

"Wah, ada apa, nih?" tanyanya sok akrab.

"Ngapa lo? Mau kegatelan lagi? Pergi lo sonoh!" sahut Alex yang masih kesal akibat kejadian kemarin. Dimana Zoya memeluknya tanpa izin dan membuat Isya salah paham kepadanya.

"Santai, dong! Gue, kan cuma nanya." Zoya bersedekap dada sembari menatap sewot.

"Hey, ada apa di sana ...? Semuanya, masuk kelas!" titah Bu Wati dari ujung koridor.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang