39| BUKIT CINTA

714 106 14
                                    

"Whohoho. Tos!" seru Arthur. Dentingan gelas terdengar nyaring akibat ulah murid-murid sableng tersebut. Mereka sedang tos ala es cendol mang Dadang.

"Eh, Cil ...! Sini!" panggil Alex saat melihat Isya tak jauh dari tempatnya berada, tengah berjalan seorang diri.

Isya hanya melirik sekilas, lalu kembali berjalan—mengacuhkan Alex. Tak berniat menjawab lelaki tersebut.

'Lah, napa tuh Bocil?' tanya Alex dalam hati.

"Hahaha, di kacangin euy!" ejek Arthur.

"Cingcong lo!" Alex beranjak lantas menyusul Isya.

"Cil, ngapa lo manyum-manyum begitu?" tanya Alex saat sudah berdiri di samping Isya.

"Gak papa."

"Kenapa? Cerita sama gue. Kita kan temen," bujuk Alex seraya tersenyum lebar.

'Tapi sebentar lagi bakalan jadi pacar,' lanjut Alex dalam hati.

"Isya gak papa," sahut Isya tanpa menoleh ke arah Alex.

'Apa dia kesel gegara semalam gue kerjain?'

"Ya udah, deh. Padahal tadinya gue mau ngajakin makan es krim," pungkas Alex sambil berlalu pergi.

"Eh, tunggu!" Isya berlari menyusul Alex. Mendengar kata es krim membuat semangatnya kembali berkobar.  "Ayo, kita makan es krim!" serunya.

Alex menoleh, bibirnya menyungging ke atas, lantas mengamit jemari Isya dan menariknya ke salah satu stand es krim.

Wajah Isya menekuk masam tatkala sang penjual es berkata jika es krimnya sudah habis.

Gadis itu menopang dagunya dengan pipi yang di gembung-gembungkan.

"Ngapa lo ? Macam ikan buntal tau gak?" Alex menoel-noel pipi Isya. Sangat menggemaskan, pikirnya.

"Gorila nyebelin!" Ya, Isya merajuk.

"Heh, apa-apaan lo manggil gue gorila? Emang muka gue kurang ganteng apa? Padahal ini udah limited edition banget," ujar Alex bangga.

"Bukan itu, tapi ...." Isya menepuk-nepuk otot lengan Alex. "... Kegedean, kayak gorila!"

"Ini namanya storng muscles. Idaman kaum Adam. Lo liat noh modelan Arthur, otot krempeng macam ceker ayam."

Isya menoleh, menatap Arthur yang tengah berjoget di kedai mang Dadang. Gadis tersebut terkikik geli melihat goyangan random Arthur yang terkesan asal-asalan.

"Lo mau makan es krim?" tanya Alex, spontan mengalihkan atensi Isya.

Gadis itu berkedip dua kali, lalu menjawab, "Es krimnya, kan habis."

"Bukan disini. Pulang sekolah nanti, lo mau gak? Gue tau tempat es krim yang terkenal enak," jelasnya.

Mata Isya berbinar senang, kontan menganggukkan kepalanya. "Mau!" Namun, sedetik kemudian senyumnya pudar. "Tapi, Satria pasti gak ngizinin," ungkapnya.

Mimik wajah Alex berubah drastis. Tetapi, sedetik setelahnya, sebelah sudut bibirnya tertarik ke atas. "Yah, padahal es krimnya enak, loh."

Dilema kian menyerang. Gadis itu menggigit bibirnya, terlihat menimang-nimang, yang kemudian mengangguk singkat. "Ya udah. Nanti Isya coba bujuk Satrianya."

"Oke. Gue jemput jam tiga sore," terang Alex. Isya mengangguk mengiyakan.

'Berhasil! Lo liat aja, Cil. Gue bakalan bikin lo jatuh cinta sama gue.'

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang