72|LELAKI IBLIS

54 12 0
                                    

Tubuh Alex menegang, tak percaya dengan ungkapan Isya barusan. Ia yakin ada yang tidak beres. Kemarin hubungannya dan Isya baik-baik saja tapi lihatlah kenapa sekarang Isya tiba-tiba ingin memutuskan semua hubungan yang mereka bangun selama ini? Tidakkah Isya berfikir terlebih dahulu sebelum bicara? Isya ingin meruntuhkan bangunan yang selama ini mereka berdua buat bersama? Mengapa?

Alex terkekeh kecil. "Lagi-lagi kuping gue salah denger. Ayo Cil anter gue ke dokter, mau servis kuping dulu."

Isya menggeleng cepat. Sekuat tenaga ia menahan isak tangis agar tidak lolos dari mulutnya.

"Alex gak salah denger. Isya mau kita putus," ulang Isya berkali-kali mencoba menghapus air matanya.

Seketika lutut Alex terasa lemas. Ia merasa tidak bisa menopang berat tubuhnya. Hatinya terasa sakit. Sakit yang tidak bisa dijabarkan, seakan tertancap ribuan belati, bahkan lebih dari itu. Apakah Isya benar-benar memutuskannya? Tanpa alasan?

"Ke-kenapa? Kenapa lo lakuin itu? Lo boleh marah sama gue, boleh pukul gue asal jangan akhiri hubungan kita."

Sudah cukup, Isya tidak bisa lagi menahan Isak tangisnya. Melihat keadaan Alex seperti ini berhasil membuat hati Isya tersayat. Gadis itu terisak pelan. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Dirasa sudah cukup tenang, Isya kembali bersuara.

"Isya cuma mau fokus belajar dulu. A-alex selalu ngajakin Is-ya bolos, se-sehingga nilai Isya menurun," ungkap Isya terbata-bata karena didominasi dengan isakan tangis.

"Apapun alasannya gue gak mau pisah sama lo. Gue egois? Ya, gue egois. Asal lo tau gue gak akan biarin lo lepas! Lo cuma milik gue, Alexandre!"

Alex menarik tangan Isya, menyeretnya menaiki tangga. Tak peduli dengan ringis kesakitan Isya, alex semakin mempercepat langkahnya.

"Alex, lepasin, sakit," pinta Isya namun lelaki itu tetap pada pendiriannya. Jujur saja Alex tidak ingin melakukan ini, melihat Isya kesakitan hal itu sangat memukul hatinya. Tetapi keadaan yang memaksa.

Barulah setelah sampai di rooftop, Alex melepaskan cekalannya. Tercetak jelas luka lebam berwarna merah kebiruan dipergelangan tangan Isya. Alex meringis. Saking marahnya ia tidak menyadari jika cekalannya begitu kuat. Tak mau terlarut dalam penyesalannya, Alex pun menatap Isya yang tengah menangis sesenggukan. Lihatlah, bukankah Alex membenci air mata Isya? Tapi dirinya sendiri yang membuat gadisnya menangis.

"Lo mau pisah sama gue?" tanya Alex, namun tidak ada pergerakan ataupun jawaban dari Isya. Perempuan itu hanya menangis dan terus menangis. Terlebih Isya itu kategori gadis cengeng. Jadi, tak heran jika ia menangis seperti itu.

Alex menaiki satu pijakan pembatas rooftop, membuat Isya melebarkan mata seketika.

"Alex!"

Dan kini kedua kakinya sudah bertumpu di pijakan rooftop kedua.

"Alex turun. Isya mohon!"

"Lo mau pisah sama gue?" ulang Alex. "Kalo lo gak jawab, gue anggep jawaban lo iya dan gue bakalan lompat dari sini." Alex melangkah lagi menaiki pijakan rooftop ketiga.

Isya menggeleng cepat. "Alex! Isya gak mau pisah sama Alex. Isya cinta sama Alex. Alex, Isya mohon turun sekarang!"

Alex tersenyum penuh kemenangan. Lihatlah, Isya selalu menganggap semuanya dengan serius. Padahal kan Alex cuma becanda. Yakali dia mau lompat dari lantai tiga? Hanya orang sinting yang akan melakukan itu.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang