21|KINAN YANG MALANG

851 134 69
                                    

_Please help me find the typo_

"Kayaknya ini deh rumahnya. Tapi
kok gelap, yah?" Nara mulai membuka suara. Mengeluarkan spekulasi yang berlalu-lalang di pikirannya.

"Ayo, kita cek." Tata membuka perlahan pagar laser cutting berwarna black pearl.

Mata mereka disuguhkan panorama sebuah rumah bertingkat
dua dengan nuansa hitam legam—semakin menambah kesan suram bagi
sebagian orang yang melihatnya.

"Ih, serem ...," gumam Xia yang sedang menenteng sebuah paper bag.

"Niatnya mau jadi detektif, tapi kok gue malah berasa uji nyali, ya?" celetuk Selena, mengusap tengkuknya yang meremang.

"Kok sepi banget, yah? Kayak yang gak berpenghuni," heran Tata.

Isya mengambil sebuah teropong dari
dalam paper bag. Xia merogoh kaca
pembesar dan sebuah topi, sementara
Nara mendapat notebook lengkap
dengan sebuah bolpoin.

"Hahahaha ...!" Selena tertawa ngakak
saat melihat Xia memakai topi detektif berwarna hitam. "Mantep lah. Macam mafia zaman Azoikum."

"Selena, serius!" tegur Nara, sementara Selena hanya memperlihatkan deretan giginya.

Mereka mulai berjalan mengitari
rumah yang terbilang cukup besar
itu. Beberapa menit berlalu, namun
mereka tak kunjung menemukan
keberadaan Kinan. Hal itu pula yang
membuat mereka agak frustasi.

"Gak ada celah buat ngintip," desah Xia kecewa.

"Kayaknya kita salah rumah, deh," ujar Selena.

Brumm ... brumm ....

Suara derum mobil berhasil
mengagetkan segerombolan gadis
yang saat ini tengah berdiskusi.
Dengan gerakan super cepat, mereka
bersembunyi di balik semak-semak yang tak jauh dari sana.

"Waspada, mobil Range Rover putih
memasuki area pekarangan," lontar
Isya sembari meneropong dari
kejauhan layaknya seorang detektif
sungguhan.

Mobil itu kian dekat, lantas berhenti
tepat di depan rumah. Tak lama, dari
dalam mobil keluar seorang wanita
cantik berpakaian seksi diikuti oleh
seorang pria berjas hitam.

Mereka berdua berjalan dengan
sempoyongan. Sepertinya mereka
habis minum. Wanita itu memencet bel rumah dengan tak sabaran.

"Kinan ...! Buka pintunya!" Teriakan
melengking berhasil mengalihkan
atensi Kinan yang sedang menonton
pertandingan kriket.

Cepat-cepat Kinan beranjak, tergesa
membuka pintu utama. Hatinya terasa tercubit. Lagi. Mamanya pulang dengan keadaan seperti itu. Kinan sangat benci dengan situasi semacam ini.

"Ma ... Mama bisa gak nurutin keinginan Kinan sekali ini aja? Kinan mohon, Mama jangan kayak gini terus," pinta Kinan, berharap setelah ini mamanya akan berubah.

"Pergilah kau anak durhaka! Jangan
ganggu saya!" bentaknya tepat di depan wajah Kinan. "Ayo, Mas. Kita masuk," lanjutnya
sembari memeluk lengan pria di
sampingnya.

Bukannya takut, Kinan malah
merentangkan kedua tangannya
menghalangi jalan. Tenang saja, Kinan sudah kebal dengan bentakan sang mama.

"Ma, plis ... Kinan gak mau liat Mama
kayak gini terus."

"Kamu berani melawan saya?!" Meriska—mama Kinan mengangkat sebelah tangannya hendak menampar Kinan. Namun urung, karena segerombolan gadis menghentikannya.

"Stop!"

Isya, Tata, Nara, Xia dan Selena berlari tergesa menghampiri Kinan. Sudah cukup! Mereka tidak bisa melihat sahabatnya diperlakukan seperti ini.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang