30| IBLIS ATAU MALAIKAT?

641 111 12
                                    

Rambut hitam yang tergerai indah itu terombang-ambing sesuai dengan irama sang empu yang tengah mondar-mandir di koridor XI MIPA 1.

Hatinya sudah bertekad, hari ini juga ia akan membongkar topeng Alex. Lalu membuktikan pada semua orang jika selama ini rumor yang beredar tentang Alex-lelaki yang sadis dan tak berbelas kasih itu semua tidak benar.

Akhirnya, penantian Isya usai. Alex keluar dari dalam kelas ditemani keenam sahabatnya.

Isya berjalan terpincang menghampiri lelaki itu. Alex berdecak sebal. Pasti gadis bego ini akan mencecarnya lagi, pikirnya

"Kalian duluan aja," perintah Alex. Mereka yang peka, langsung mengangguk. Saat ini Alex hanya ingin berbicara empat mata dengan Isya.

"Mau ngapain Lo?" Tanpa buang waktu, Alex langsung bertanya.

Sikap temperamental Alex, berhasil membuat nyali Isya sedikit ciut. Suasana mendadak canggung. Gadis itu mendongak-menatap Alex yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Tinggi badannya saat ini mungkin hanya setinggi bahu lelaki dihadapannya.

"Umm ... soal yang tadi, Isya mau ngucapin makas-"

"Tadi cuma kebetulan. Gue gak ada niatan buat bantuin Lo. Jadi jangan ge'er!"

Isya menggeleng. "Alex itu baik, tapi kenapa gak suka ngakuin kebaikannya? Kenapa lebih suka berbuat jahat?"

Sudah Alex duga, pasti gadis itu akan menanyainya dengan hal-hal bodoh lagi. Sudah cukup. Ia sudah muak!

"Lo pengin liat seberapa jahatnya gue?!"

Alex menarik pergelangan tangan Isya-menyeret paksa gadis itu. Mata Isya memanas seiring dengan rasa sakit di pergelangan tangannya yang semakin hebat akibat ulah Alex yang mencekal nya terlalu kuat.

"Lepasin!"

"Diem!"

"Isya gak mau! Lepasin!"

"Kelamaan Lo!"

Karena merasa dongkol, Alex pun mengangkat tubuh mungil Isya-menggendongnya menuju parkiran. Ia langsung mendudukkan gadis itu di atas jok motornya.

Memacu kuda besi seperti orang kesetanan, membuat Isya dengan spontan memeluk erat pinggang Alex.

"Pelan-pelan!"

"Stop!"

"Isya bilang berhenti!"

"Alex! Berhenti!"

Isya terus meracau dengan rambut berterbangan tertiup angin, serta kelopak matanya terpejam erat. Ia takut. Sangat. Bagaimana jika mereka jatuh dan meninggal di tempat?!

Cukup lama Isya memejam-tidak berani membuka mata barang sedikitpun lantaran terlalu takut. Hingga sebuah suara memaksa matanya untuk terbuka.

"Turun!"

Perlahan gadis itu mulai membuka mata. Netranya bergulir-menatap sekeliling jalanan yang sepi, bahkan tak ada satupun makhluk hidup. Aspal yang retak serta lampu-lampu jalan yang pecah, menjadi saksi bahwa jalanan tersebut sudah jarang di lalui.

"Lo budek? Gue bilang turun!" Alex menggertak.

Kaki Isya sudah bertumpu di atas aspal. Ia menatap bingung. "Tempat apa ini? Kenapa Alex bawa Isya kesini?"

"Bye! Gue pulang dulu. Lo berdiri aja disitu ampe lumutan," ucap Alex tanpa memberi penjelasan apapun. Sedetik kemudian motornya telah melesat jauh meninggalkan Isya yang sedang mematung ditempat.

"Alex!" Isya berlari, berusaha menyusul motor Alex. Beberapa kali ia terjatuh akibat kakinya yang pincang.

Dilihatnya pergelangan kaki yang semakin membengkak, Isya kemudian bangkit. Ia berjalan sambil menangis pilu. Jangankan mengetahui jalan pulang, bahkan Isya tidak tau sedang berada dimana dirinya saat ini?

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang