42| PASAR MALAM (2)

583 96 26
                                    

Xia menggerutu dalam hati. Jujur ia sangat iri melihat Alex menyatakan cinta kepada Isya dengan cara yang sangat romantis.

Sementara dirinya? Di gantungin mulu macam popok dijemur.

"Nyebelin!"

"Xia, lo kenapa, sih? Dari tadi marah-marah mulu," tanya Tata heran.

"Hmm ... gue mencium bau-bau ke-iri-an. Aromanya semakin pekat," kelakar Kinan sembari mengibas-ngibaskan tangannya.

"Kinan diem!" sentak Xia. Tidak bisakah temannya itu mengerti perasaan dirinya?

Kinan hanya belum tau rasanya di gantungin tanpa diberi kepastian. Nyesek, bro. Rasanya nyesek!

"Makannya suruh gebetan kesayangan lo itu cepetan nembak, biar kagak di gantung mulu," timpal Selena dengan nada mengejek.

"Diem lo jomblo!" Percayalah, hati Xia semakin terasa terbakar!

"Aww ... takut. Gas terus, Mbak." Selena menjulurkan lidahnya berniat membuat temannya itu kesal.

"Gue jomblo, gue diem," tutur Kinan. Gadis itu menggelengkan kepala dramatis.

"Kan ada pangeran Arthur. Hahaha!" balas Selena cepat sembari mengedipkan salah satu matanya.

"Apasih, tolol?!" geram Kinan tak terima. Lagian, Kinan dan Arthur juga tidak terlalu akrab.

"Udah Kinan, Selena, jangan gangguin Xia mulu," lerai Nara.

"Semangat Xia, lo pasti bisa. Jangan putus asa." Support Tata dengan kepalan tangan di udara.

"Fighting, Xia," sambung Isya sembari menarik kedua ujung bibir Xia membentuk senyuman.

∆∆∆

Titisan kurcaci
(Online)

Alex :
Cil, lo lagi sibuk nggak?

Isya menautkan kedua alisnya, lantas segera membalas chat dari kekasihnya.

Isya :
Sibuk banget.

Alex meringis pelan. Padahal ia ingin sekali mengajak Isya jalan-jalan.

Alex :
Sibuk ngapain?

Isya tersenyum jahil.

Isya :
Sibuk rebahan.

Alex mendengus kesal, berani sekali gadis itu mengerjainya.

Alex :
Gue mau ngajak lo ke pasar malam. Lo mau gak?

Senyum Isya mengembang. Namun, itu hanya untuk beberapa detik. Ia mengingat kembali Satria—lelaki itu sangat marah soal perihal kesalahpahaman tadi di sekolah. Pasti dia tidak akan mengizinkannya walau sekalipun Isya menangis darah.

Isya :

Kayaknya gak bisa, deh. Pasti Satria gak ngizinin. Apalagi ini malam hari.

Alex mengepal kuat. Lagi, Satria selalu menjadi penghalang antara dirinya dan Isya.

Alex :
Jawab aja lo mau apa nggak? Soal itu biar gue yang urus.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang