16|PASAR MALAM

954 159 50
                                    

_Please help me find the typo_

"Satria, Isya pengin pergi ke pasar malam bareng temen-temen," rengek Isya.

Satria masih tetap pada pendiriannya.
"Bahaya, Sya. Disana pasti banyak pengunjungnya. Ntar kalo Isya hilang, gimana?" Satria memberikan jawaban yang sama, membuat Isya semakin kesal.

"Fine. Isya gak mau makan, gak mau mandi, besok gak mau sekolah!"

Satria menghembuskan nafas lelah. Harus memberikan pencerahan apa lagi kepada Isya? Masalahnya, gadis itu sangat keras kepala.

"Oke. Tapi perginya bareng Satria."

Isya mengangguk setuju. Cepat-cepat ia membuka aplikasi berwarna hijau, dan mengirimkan sebuah chat kepada Xia.

Isyana

Xia, gak usah jemput Isya, yah. Kalian tungguin di pasar malam. Ntar Isya kesana nya bareng Satria.

"Asique, beda yang ada pawangnya mah, kemana-mana ditemenin," celetuk Kinan yang sedang bermain game cacing di ponsel Xia. Saat ini mereka sedang berkumpul di basecamp.

"Siapa, Kin?" tanya Xia, lalu merebut ponselnya.

"Kita gak jadi jemput Isya, katanya dia mau bareng Satria," beber Xia. Menyimpan ponsel, lalu kembali berkutat dengan makeup—memoleskan blush on di pipinya.

"Eh, kalian ngerasa gak, sih? Satria sama Isya itu deket banget, lengket macam lem," ungkap Kinan yang dibenarkan oleh Selena.

"Iya. Yakali cuma sahabatan kok deket banget," timpal Selena.

"Jelaslah, orang mereka sahabatan dari orok, ditambah sekarang, 'kan Isya serumah sama Satria. Wajar aja, sih, kalo mereka deket banget." Nara memberikan argumennya

"Ya udah, sih iya-iya. Mending sekarang kita langsung ke pasar malam aja," pungkas Tata. Mengambil sling bag, dompet dan power bank.

"Gas!"

Di lain tempat, binar sumringah terlihat kentara di wajah Isya. Saat ini ia memakai setelan tank top putih yang di balut denim jacket dan bawahan skinny jeans pants serta sepatu sneaker putih.

Sementara Satria mengenakan kaos distro hitam dan celana levis biru dongker.

Keduanya berjalan memasuki mobil silver yang terlihat begitu mengkilap. Memacu mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota metropolitan yang terbilang ramai.

∆∆∆

"Sya!"

Isya dan Satria menoleh ke belakang, dan mendapati lima figur yang sedari tadi mereka cari.

"Kalian darimana? Dari tadi Isya nyariin, loh," cibir Isya kesal.

"Hehe, sorry. Yaudah ayo kita naik Roller coaster." Tata menarik tangan Isya, namun segera dihentikan oleh Satria.

"Isya gak ikut," tangkas Satria, menatap Tata.

Isya mencebik. "Kenapa?" tanyanya.

"Bahaya. Mending Isya naik komedi putar," usulnya.

"Satria, itukan permainan anak kecil," rengek Isya, meninju lengan kokoh Satria.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang