10|KENA PALAK

1.1K 247 76
                                    

_Please help me find the typo_

Pagi yang cerah, sinar matahari mulai menerobos masuk melalui ventilasi, dan berakhir menyinari kamar bernuansa pink-putih. Menyilaukan retina seorang gadis yang tengah terlelap diatas kasur queen size putih.

Isya menarik selimut hingga menutupi seluruh kepalanya, berniat melanjutkan tidur yang sempat terganggu oleh sang mentari. Namun, belum sempat niatnya terpenuhi, jam beker unicorn kesayangannya telah berdering, nyaring.

Dengan terpaksa, Isya menyibakkan selimut kemudian duduk dipinggir ranjang, guna memulihkan nyawanya yang baru separuh kembali.

Mata hazel itu menyorot malas jam beker disampingnya yang menunjukkan pukul 06:35. Dengan sempoyongan, Isya berjalan memasuki kamar mandi.

Selang beberapa saat, ia sudah siap dengan balutan seragam putih-abu melekat ditubuhnya, lengkap dengan atribut kebanggaannya. Lipstik pink coral yang tidak terlalu mencolok, sudah menghiasi bibir ranumnya. Rambut yang tergerai indah dengan aksesoris hairpin bintang semakin menambah kesan feminim.

Ketukan di pintu berhasil mengalihkan atensinya. Isya bergegas, memutar knop pintu dan membukanya lebar-lebar.

Bi Murni tersenyum ramah, dan dibalas senyuman manis oleh Isya. "Pagi Bi Murni, makin hari makin cantik aja."

Bi Murni adalah salah satu asisten yang sudah mengabdi di rumah Satria selama 3 tahun. Ibu dari dua anak yang masih menempuh sekolah dasar, suaminya meninggal karena kecelakaan. Oleh sebab itu, Bi Murni harus banting tulang mencari kebutuhan hidup anak-anaknya dengan hasil jerih payahnya sendiri.

Bi Murni tertawa jenaka. "Ah, Non Isya bisa aja."

"Isya gak bo'ong loh, Bi."

"Yaudah iya. Tuh, kan bibi jadi lupa. Non Isya dipanggil sama Den Satria, dia udah nunggu di meja makan," tutur Bi Murni.

Isya mengangguk pelan. "Yaudah, Bi, Isya duluan," pamitnya dan langsung melangkah menuruni tangga. Sementara Bi Murni segera merapikan tempat tidur yang terlihat berantakan.

∆∆∆

Isya berjalan santai, kakinya melangkah riang, senyuman indah tak luput menghiasi wajah cantiknya. Sambil sesekali menyapa siswa-siswi yang ia temui di koridor.

Satria sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas, pasalnya ia harus menyalin tugas dari Bu Surti-guru kimia yang memiliki kadar cerewet of emak-emak.

Langkahnya terhenti dengan bola mata mengerling liar. Isya menahan napas beberapa saat, sebelum akhirnya menghembuskan nafas panjang.

'Oke. Isya gak takut. Dia manusia hanya saja sikapnya kayak setan. Sama-sama makan nasi kalo enggak makan ramen. Dia makan kaca, baru Isya takut. Isya kuat, Isya kuat!'

"Minggir!" ketus Isya dengan nada jutek.

Alex menaikkan salah satu alisnya. "Siapapun yang lewat sini wajib setor duit."

Isya membelalang. Apakah ia sedang dipalak? Tentu saja!

"Anjir, gila lo? Sejak kapan lo malakin cewek?" tanya Arthur sambil mendekap pipi Alex, menatapnya tak percaya. Lain dengan Alex yang langsung mendorong wajah Arthur menggunakan telapak tangannya. "Apaan, sih, lo? Jijik gue liat muka lo, macam monyet dora!"

"Apa jangan-jangan ... ini siasat lo buat bisa deketin Isya, 'kan? Yakan? Ngaku lo!" tukas Ciko mendelik tajam. Mana mungkin dia bisa membiarkan cewek secantik Isya menjadi milik Alex. Pokoknya Sekarang Isya sudah menjadi incarannya.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang