END

116 23 3
                                    

"Alex, Alex mau kan turutin satu permintaan terakhir Isya?" tanya Isya yang sedang berjalan bersebelahan dengan Alex.

Spontan Alex menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap si gadis.

"Apapun pasti gue turutin."

"Yakin?" Isya bertanya tak percaya.

"Banget."

"Yaudah ayo." Menarik lengan kekar Alex menuju taman belakang sekolah.

Disana sudah ada Nara yang tengah terduduk disebuah kursi. Cewek itu bangkit mensejajarkan tubuhnya dengan Alex dan Isya.

Isya menyodorkan sebuah cincin kepada Alex, sukses membuat lelaki berparas tampan itu mengernyit kebingungan.

"Ini maksudnya apa? Gue bener-bener nggak ngerti," terang Alex sekenanya.

"Pakaikan cincinnya di jari Nara," titah Isya tanpa dosa.

"Lo apa-apaan, sih?!" Alex langsung ngegas. Pikiran-pikiran buruk mendadak terlintas dikepalanya.

"Udah cepetan bukannya Alex siap nurutin semua keinginan Isya?"

Lantaran itu adalah permintaan terakhir sang kekasih sebelum pergi meninggalkannya, dengan berat hati Alex pun menyetujuinya. Dia menyematkan cincin perak dengan bentuk bulan sabit dijari manis Nara. Memang terlihat sangat cocok. Nara tersenyum sumringah. Akhirnya keinginannya selama ini terpenuhi.

Isya bertepuk tangan riang. Senyuman lebar ia tampilkan. Sangat berkebalikan dengan hatinya yang terasa nyeri bagaikan dihunus beribu pisau. Buliran bening jatuh dari kelopak mata, namun dengan cepat ia menyekanya.

"Selamat, Alex udah jadi pacar Nara," terang gadis itu yang berhasil membuat Alex tersentak tak percaya. Bahkan lelaki tersebut sempat tersedak oleh air liurnya sendiri.

"Cil! Maksudnya apaan sih?! Ini gak lucu!" geram Alex tak enak hati. Pacaran? Dengan Nara? Yang benar saja. Pacar Alex kan cuma satu. Cuma Bocilnya seorang. Gak akan ada yang bisa menggantikan.

"Nara suka sama Alex bahkan sebelum Isya datang kedalam hidup Alex. Besok Isya mau pergi, dan ini saatnya kalian bersatu." Bahkan Isya saja tidak bisa menjabarkan rasa sakitnya. Yang jelas ini terlalu sakit. Sangat sangat sakit. Merelakan kekasih bersama sahabatnya sendiri. Mungkin kalian bisa membayangkannya.

Alex terperangah. Sejak kapan Nara mencintainya? Alex sama sekali tidak tahu menahu soal itu. Oke, lupakan tentang itu. Yang Alex pikirkan sekarang adalah Isya. Kenapa gadis itu sangat bodoh? Kenapa dia rela nyerahin separuh nyawanya kepada gadis lain? Tidak bisakah Isya berfikir dengan jernih?

"Gak! Gue gak mau. Cinta gue cuma lo bukan Nara ataupun orang lain!" Air muka cowok itu mengetat. Ia betulan marah kepada Isya.

"Tolong, kabulkan permintaan terakhir Isya." Gadis itu mengamit jemari Alex, memohon kepada sang empu. "Alex harus memperlakukan Nara sama seperti memperlakukan Isya. Alex harus menyayangi Nara dengan sepenuh hati. Jika Alex mutusin Nara berarti Alex udah ngehianatin Isya."

Sekuat apapun, tetap saja Isya tidak bisa menahan isak tangisnya. Alex merengkuh tubuh minim tersebut kedalam pelukannya. Dia menangkup wajah Bocil kesayangannya yang terlihat sembab. Dengan refleks tangannya menghapus jejak air mata di pipi.

"Sttt ... It's okay. Jangan nangis, gue gak suka."

Dia mengambil nafas panjang sebelum kemudian dihembuskan perlahan. Alex mengalah. Hanya bisa pasrah menelan semua rasa pahit yang terasa. Bisakah dia menjalin hubungan dengan gadis yang sama sekali tidak ia cintai?

"Oke. Gue terima. Tapi, lo juga harus kabulin permintaan gue," ucap Alex langsung menggendong tubuh Isya tanpa izin. Cewek itu memekik, spontan mengalungkan tangannya dileher Alex.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang