41| PERMANENT GIRLFRIEND

622 107 20
                                    

Alex berjalan menuju kamar Virgo sambil memasangkan dasi kelabu di lehernya. Pemuda itu mengetuk pintu hingga akhirnya seorang pria muncul dari balik pintu tersebut.

"Ada apa?" tanya Virgo. Ia yakin ada sesuatu. Karena Alex selalu mendatanginya kalo ada butuhnya doang.

"Dad, masak pak Anton skor aku, sih? Harga diri aku tersakiti, Dad! Aku mau Daddy pecat pak Anton sekarang juga!" Alex memasang raut tersakiti sambil memegang dada kirinya.

Virgo bersedekap dada. "Pasti kamu berulah, 'kan? Tidak mungkin pak Anton hukum kamu tanpa alasan."

"Nggak, Dad. Aku cuma difitnah. Beneran gak bo'ong," sahut Alex sembari mengangkat jari tengah dan telunjuknya hingga membentuk huruf V.

"Maaf, Alex. Tapi Daddy gak bisa bantuin kamu," ujar Virgo.

"Kenapa?" Alex sedikit tertegun.

"Karena Daddy udah bukan kepala sekolah lagi disana. Jadwal kantor benar-benar sedang padat, makannya Daddy mengundurkan diri."

"Astagfirullah, my heart. OMG!" jerit Alex berlagak seperti orang terserang jantungan.

"Lebay kamu! Udah sana. Biar daddy suruh bu Livi kesini sekarang. Untuk tiga hari ke depan kamu gak perlu belajar sore." Virgo kembali memasuki kamarnya.

Mungkin kalian heran, mengapa siswa seperti Alex bisa memiliki otak encer? Sementara hobinya setiap hari hanya bolos. Jadi, kapan lelaki tersebut belajar?

Jawabannya hanya satu. Yaitu guru private. Setiap sore Alex selalu belajar bersama guru private nya, Bu Livi—utusan Virgo. Jadwalnya hanya empat hari, dari hari Senin sampai Kamis. Untungnya, otak minus Alex selalu berhasil merekam semua materi yang disampaikan oleh guru private nya tersebut. Jadi ketika di sekolah, Alex tidak akan melongo seperti teman-teman sablengnya karena rumus-rumus seperti Matematika, Fisika, dan Kimia sudah tercantum di dalam kepalanya.

Alex mengacak rambutnya. Pokoknya hari ini ia harus masuk sekolah. Setelah pergulatannya kemarin dengan Satria, Alex belum sempat menemui Isya. Ia yakin kalo gadis itu marah kepadanya. Terbukti dari pesan dirinya yang belum dibaca sampai detik ini.

Lelaki itu kembali memasuki kamar kemudian menyambar tas ranselnya lantas melenggang untuk pergi ke sekolah.

∆∆∆

"Cil, maafin gue. Kemarin gue cuma kebawa emosi. Habisnya itu si Satria baja hitam seenaknya aja maen pukul," ungkap Alex sambil memegang kedua daun telinganya.

Isya menatap sinis seraya bersedekap dada lalu berkata, "Pokoknya Isya marah sama Alex! Alex gak akan bisa bujuk Isya! Isya gak bakal maafin Alex, Isya gak bakal terbujuk sama apapun, Is—"

"Gue traktir es krim," potong Alex cepat.

Gadis itu berbinar sumringah. "Es krim? Ya udah ayo kita makan es krim!" ajak Isya menarik lengan kekar Alex.

"Ayo, ih!" Isya menarik tangan Alex sekuat tenaga namun sepertinya lelaki itu sengaja memberatkan tubuhnya untuk mengerjainya.

"Katanya gak bisa di bujuk sama apapun, tapi di sogok pake es krim aja langsung nyantol," cibir Alex menatap remeh.

Isya memajukan bibirnya kemudian menyentak lengan Alex dengan kasar.

"Nyebelin! Ya udah Isya juga bisa makan es krim sendiri!" pungkas Isya, berlalu pergi.

'Si Bocil pms kali, ye?' tanya Alex dalam hati.

"Cil, tungguin!" Alex berlari menyusul Isya, menyambar jemari gadis itu.

ALEXSYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang