02. Buku Yang Tertinggal

6.3K 580 4
                                    

Membaca adalah salah satu dari cara memperoleh ilmu dan menambah wawasan baru. Juga segala hal yang sekiranya belum kita ketahui.

Al—FATIH

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***


Fatih keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia menggulung lengan kemejanya sebatas siku sambil menuruni undakan tangga. Di ruang tamu ada Ayah yang sedang membaca koran dengan segelas kopi hitam yang tersuguh. Fatih melangkah masuk ke dapur, menarik kursi dan duduk dengan tenang dan menikmati sarapannya.

"Abang sini biar aku aja."

"Kamu goreng ayamnya aja biar abang yang ngulek sambelnya."

"Lama abang. Udah dari tadi juga."

"Ya sabar dong."

"Dih manyun. Cium nih."

"Ekhem!"

Deheman keras dari Fatih membuat Rama berbalik ke belakang dan mendapati abangnya yang tengah sarapan.

Rama menyengir kuda, "Eh, ada abang. Hehehe..." ujar Rama cengengesan.

Fatih menggelengkan kepalanya pelan, masih pagi hari Fatih sudah menghadapi cobaan hidup dengan menyaksikan kemesraan sang adik bersama istrinya. Rama menggaruk tengkuknya menatap Fatih yang sekarang sudah berdiri tegak. Sedangkan Zahra wajahnya sudah tersipu malu sejak menyadari keberadaan sang abang ipar di sana.

"Udah siap sarapannya bang?" tanya Rama.

Fatih mengangguk,"Sudah."jawabnya berjalan menuju washtafel mencuci dan mencuci piring kotornya.

"Biar Zahra aja bang yang cuciin."

"Enggak papa. Kamu lanjut saja masaknya." tolak Fatih sambil membilas piringnya.

Fatih mengelap tangannya menatap ke arah Rama dan Zahra.

"Bilang bunda abang berangkat sekarang." kata Fatih lalu melangkah keluar dari dapur.

Rama dan Zahra menatap kepergian Fatih. Selanjutnya Rama menjerit nikmat merasakan perihnya cubitan Zahra di pinggangnya.

"Allahu akbar! Sayaaang ..." jerit Rama histeris menatap melas sang istri.

Fatih selesai memanaskan mesin mobilnya, dia melangkah menuju pagar membuka lebar pagarnya agar mobilnya dapat keluar.

"Abang mau berangkat sekarang?" tanya Ayah yang baru saja keluar dari rumah.

Fatih urung masuk ke dalam mobil, melangkah mendekati Ayah. "Iya, Yah. Ayah mau ke mana? mau sekalian sama abang?" tanya Fatih.

Ayah menggeleng, "Ayah cuma mau ke depan jemput bunda dari tadi belum balik-balik beli sayurnya." jawab Ayah.

Fatih mengangguk, mengambil tangan kanan Ayah dan mencium punggung tangannya.

"Abang berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati-hati di jalan."

Fatih sudah masuk ke dalam mobilnya, dia mengklakson sekali sebelum melajukan mobilnya keluar perkarangan. Fatih baru saja sampai di depan sebuah restoran. Dia memarkirkan mobilnya lalu masuk ke dalam restoran tersebut. Restoran ini adalah restoran milik Fatih yang sudah berdiri sejak sepuluh tahun lalu yang di bangun ketika Fatih masih duduk di bangku kuliah dulu. Namanya Berkah restoran dan saat ini sudah memiliki cabang di beberapa kota lain.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang