Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca
***
Syakila meneguk salivanya susah payah, matanya ikut mengikuti arah pena yang bergerak. Jemari tangannya saling meremas melihat goresan pena yang membubuhi kertas putih. Dinginnya suhu ruangan tak membuat keringat dingin yang mengucur di pelipisnya berkurang.
"P-pak."
Seorang pria di panggil Syakila mengangkat wajahnya, menatap datar anak didiknya. Membenarkan frame kacamata yang melorot, senyuman tipis tersungging di kedua sudut bibirnya.
"Ini udah saya tandain yang mana yang harus di perbaiki, typonya juga jangan lupa di benerin."
Syakila menatap pada lembaran itu, penuh dengan tinta warna merah. Rasanya Syakila ingin menangis saat ini juga. Senyuman di wajah dosen pembimbingnya itu bukanlah pertanda baik.
"Syakila, saya tahu kamu itu pengin cepet-cepet sidang, tapi kalau skripsi kamu begini saya nggak yakin kamu bisa wisuda dalam waktu dekat ini."
Syakila melarikan netranya ke sembarang arah, tatapan setajam elang itu seolah dapat mencabik-cabiknya.
"Saya tetep pengin wisuda secepatnya pak. Bapak, kan dospem saya masa iya bapak tega sama saya sih. "
"Sudahlah Syakila, ini ambil punya kamu."
Syakila menerima berkas skripsinya, bibirnya mengulum ke bawah.
"Revisi dulu nanti kalau udah bener baru saya acc."
Syakila menatap pria yang berwajah rupawan di hadapannya yang menyilangkan tangan di bawah dada. Tampan sih, tapi sifatnya minus.
Bibir Syakila mengulum, "Beneran pak? Terus bisa langsung daftar sidang?" tanya Syakila kemudian.
"Tergantunglah." sungguh bukan jawaban seperti itu yang ingin Syakila dengar.
"Paaaaaaak."
"Sudah sana balik. Bosen saya lihat kamu. Masih banyak yang ngantri di luar."
Syakila memberengut, berbalik membelakangi lalu menuju pintu di mana dia masuk tadi dan keluar. Sekeluarnya Syakila dari dalam ruangan dingin itu, seorang gadis dengan khimar lebar mendatanginya.
"Gimana?" tanya gadis yang bernama Riana, yang merupakan sahabat Syakila.
Syakila menampakkan air muka mendung, di berikannya berkas skripsinya kepada sang sahabat. Riana membuka lembaran skripsi Syakila dan langsung saja terpampang banyak tinta merah di sana.
"Kayaknya kita emang nggak di takdirin buat pakai toga bareng deh." sungut Syakila. Berbanding dengan Syakila yang skripsinya tidak kunjung di acc dan malah harus kembali merevisi. Skripsi Riana sudah mendapatkan acc lengkap sejak minggu lalu.
Riana menatap Syakila, tangannya bergerak menepuk pelan lengan sahabatnya itu. "Kalau ada keinginan pasti ada jalannya kok." kata Riana tersenyum. Tangannya menggandeng lengan Syakila.
"Makan yuk, aku laper nih." ajak Riana menepuk perutnya.
Syakila mengangguk, sebenarnya dia ingin menangis namun perutnya sudah lebih dulu berdemo.
"Makan apa nih kita?"tanya Riana pada Syakila sambil melangkah turun menuju lobby.
Syakila nampak berpikir sebentar sebelum memberikan jawabannya.
"Lihat nanti aja deh, mau makan di mana?" tanya Syakila balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - FATIH [SELESAI]
SpiritualRomansa Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Kisah ini bukan mengisahkan tentang Muhammad Al-Fatih 'Sang penakluk' medan perang. Melainkan seorang pemuda yang memiliki nama yang serupa namun tak sama. Dialah, Muhammad Al-Fatih Ghazwan. Seorang...