Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
Setelah hampir dua minggu lamanya Fatih dan Syakila menginap di rumah orangtua Fatih. Kemarin mereka sudah kembali pulang ke rumah orangtua Syakila. Saat ini Syakila hanya tinggal berdua dengan ibu di rumah, sementara Pak Somad berada di empang dan Fatih pergi melihat restoran.
Syakila yang rebahan dengan nyaman di sofa panjang depan televisi bangkit bangun ketika melihat ibu keluar dari kamar. Syakila menatap lamat penampilan ibu yang sekarang mengenakan gaun dengan hiasan payet-payet di bagian bawah. Sepertinya ibu akan pergi keluar.
"Ibu mau ke mana?"
"Mau kondangan, makan enak."
"Sama siapa perginya? Bapak 'kan lagi di empang."
Ibu mengibaskan tangan lalu membenarkan tatanan khimarnya.
"Pergi sama budhe, bapak di ajak gak mau ngikut." kata ibu menjelaskan.Syakila mengangguk mengerti—beralih tatap pada layar cembung yang masih menyala.
"Syakil, ibu belum masak, kamu aja yang masak ya."
Syakila langsung balik menatap ibunya, "Syakil enggak bisa masak, buuuu ..."kata Syakila,"Kenapa gak ibu aja yang masak." lanjut Syakila menambahkan. Syakila suka makan tapi urusan memasak dia angkat tangan.
Ibu berkacak pinggang menatap putrinya, "Masak aja yang udah pernah ibu ajarin, ibu gak sempat lagi masak, mau pergi sekarang. Budhe udah nungguin." kata ibu berdecak pelan.
Syakila memberengut—memikirkan perkataan ibu. "Iya deh iyaaa ... Tapi kalau gak enak gimana?" rajuk Syakila.
Ibu menunjuk Syakila dengan jari telunjuk, sebelah tangannya yang lain masih berada di pinggang. "Dengar ya Syakil anak ibu yang paling cantik tapi banyak tingkah. Ibu dulu juga gak bisa masak, tapi ibu baru-baru belajar masak dulu masakan ibu gak langsung enak. Masak emang bukan kewajiban perempuan, tapi bukan berarti kamu nggak perlu belajar masak." kata ibu memberi jeda, "Suami itu sukanya makan makanan istrinya, tapi kalau kamu gak bisa masak dan gak mau belajar juga, kamu mau suamimu nanti kesenangan jajan di luar?"tanya ibu sengaja menakut-nakuti Syakila.
Syakila menggeleng keras, mengerti akan maksud perkataan ibu." Ya enggak mau, ibu kok ngomongnya gitu sih?" sungut Syakila mulai kesal.
Ibu tersenyum seraya menjentikkan jemarinya." Nah itu dia, pinter anak ibu. Bahan-bahannya udah ibu siapin di dapur, kamu tinggal olah aja. Udah yah, ibu mau pergi, assalamu'alaikum. " kata ibu berpamitan pada Syakila.
Syakila mengangguk, bangkit bangun mendekati ibu dan menyalimi tangan kanan ibu." Iyah, ibu hati-hati di jalan. Wa'alaikumussalam. "balas Syakila.
Ibu mengusap lengan Syakila sebelum melangkah keluar rumah. Syakila menatap ibu yang sudah menghilang dari pandangannya setelahnya menutup pintu. Syakila mengambil remot dan mematikan televisi yang tadinya masih menyala. Kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur.
Di dapur Syakila menatap bingung pada bahan-bahan yang sudah di siapkan oleh ibu—tidak tahu harus melakukan apa. Lama berpikir Syakila mengangguk kemudian, mengambil wortel dan buncis. Selesai memotong wortel dan buncis dan mencucinya hingga bersih, Syakila beralih pada ikan yang sudah di bersihkan namun belum di beri bumbu.
Selama beberapa menit berlalu, Syakila sama sekali belum menemukan kesulitan, dia malah terlihat senang karena ternyata memasak tidaklah sesulit yang dia pikirkan. Tapi tidak sampai saat Syakila akan menggoreng ikan, dia tampak ragu memasukkan ikan ke dalam penggorengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - FATIH [SELESAI]
SpiritualRomansa Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Kisah ini bukan mengisahkan tentang Muhammad Al-Fatih 'Sang penakluk' medan perang. Melainkan seorang pemuda yang memiliki nama yang serupa namun tak sama. Dialah, Muhammad Al-Fatih Ghazwan. Seorang...