EXTRA PART 1

5.6K 388 41
                                        

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Fatih tampak sibuk dengan peralatan masak di dapur, ia sedang menyiapkan makan siang untuk keluarga kecilnya. Saking fokusnya memasak, Fatih sampai tidak menyadari jika ada sesosok bertubuh mungil berdiri di belakangnya. Dan saat berbalik untuk membawa makanan yang telah matang ke meja makan, ia di kejutkan oleh sosok mungil itu.

"Astaghfirullah, abang kenapa diam saja di belakang Abba?" ujar Fatih bertanya, ia menyimpan piring-piring itu di meja bar dan kemudian mengangkat tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.

Netra bulatnya mengerjap lucu, ia memberikan setangkai bunga mawar dan menunjukkan jemari mungilnya yang terluka.

"Abba atit." ucapnya polos.

Fatih menggenggam jemari mungil sang anak yang terluka, ia menatap cemas putranya ini. "Abang petikin bunga lagi? Jari abang jadi luka. Ayuk Abba obatin." kata Fatih membawa putranya ke ruang keluarga.

Syakila yang berada di ruang tengah, tersenyum melihat kedatangan suami dan anaknya. Fatih mendudukkan putranya di dekat Syakila kemudian pergi mencari kotak P3K.

"Abang mau buah? Ini buat abang."

Syakila menyuapi putranya buah apel potong. Ia mengusap kening putranya yang di basahi peluh. Jemari mungil itu memberikan setangkai bunga mawar untuk Syakila.

"Amma."

"Buat Amma?"

Anggukan kecil itu diberikan oleh putranya. Syakila menerima bunga mawar itu dan mendaratkan kecupan gemas di pipi sang putra. Tak berapa lama Fatih kembali dengan kotak P3K di tangan.

"Tangan abang luka lagi?" tanya Syakila melihat Fatih yang sedang mengobati luka tertusuk duri bunga mawar di jemari mungil putranya.

Ghaisan-Putra ketiganya ini, baru saja genap dua tahun- sangat menyukai bunga. Ghaisan akan selalu memetiknya setiap hari yang kemudian akan ia berikan untuk Syakila.

"Amma cuka unga."

Syakila merasa tersentuh dan ikut mengembangkan senyuman melihat senyum manis tersungging di sudut bibir putranya sampai matanya menyipit dan memperlihatkan lesung pipinya yang dalam.

"Makasih abang. Tapi lain kali jangan petikin sendiri ya, minta tolong Amma atau Abba ya sayang." Syakila meraih tangan mungil putranya dan mengecup jemari Ghaisan yang habis di obati.

"ABBAAAAAA ... HUAAAAA ABBAAAA ... AMMAAAA."

Sepasang kaki mungil berlari kencang masuk ke dalam rumah sambil berteriak dengan air mata mengalir deras di pipi berisinya yang bergoyang seiring langkahnya.

"ABBA HIKS ... AMMAA HIKS."

Fatih dan Syakila melihat ke asal suara dan menemukan putranya yang lain-berusia lima tahun-selisih satu tahun dari Zakeisha. Fatih segera beranjak mendekati Zaheen yang masuk ke dalam rumah dengan tangis histeris.

"Abbaaa ... Hiks hiks."

Fatih berhenti di hadapan putranya, ia menyamakan tingginya dengan sang putra. "Iya Abba di sini. Abang kenapa nangis, hm?" tanya Fatih seraya mengusap air mata yang membasahi pipi putranya.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang