11. Tumpangan

4.7K 517 9
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

"Pak masih jauh gak sih?"

"Udah deket."

"Dari tadi bapak bilangnya udah deket tapi kok gak nyampe-nyampe pak?! Syakil capek, mana panas lagi."

"Kamu kira bapak nggak?"

Syakila menghentakkan kakinya kesal. Cuaca panas membuat peluh membasahi keningnya juga wajahnya yang memerah karena kepanasan. Perkara sepeda motor kesayangan Pak Somad yang mogok di tengah jalan mengharuskan mereka untuk mendorong sepeda motornya menuju bengkel tetapi sepanjang perjalanan tak ada satupun bengkel yang di buka. Melewati satu bengkel namun bengkel tersebut tutup.

Syakila berjongkok meletakkan tas ranselnya di atas kepala agar terhindar dari sinar terik matahari. Dia sedikit mendongak menatap sang ayah.

"Lagian tadi bapak bilangin tunggu di sana aja gak mau, maunya ngikut. Sekarang malah merengek panas." kata Pak Somad yang sudah duduk di atas jok motor menghalau terik matahari agar tidak mengenai putrinya.

Syakila menggembungkan pipinya, "Ya, Syakil mana tahu kalau bengkelnya bakal sejauh ini pak." balas Syakila.

"Pak Syakil laper."

"Bapak juga."

Pak Somad berdiri, menepuk sisi jok motor yang sudah tidak panas karena telah di dudukinya.

"Duduk sini, biar bapak yang dorong."

"Dorong sendiri?"

"Iya. Kamu duduk di motor aja."

"Beneran?"

Pak Somad mengangguk,"Iya, cepetan. Panas ini."

"Okey."

Syakila bangun dan menuruti perkataan sang ayah, duduk di atas sepeda motor dengan tangannya memegangi stang motor sementara di belakang ada Pak Somad mendorong motornya.

Syakila menatap sang ayah melalui kaca spion, Syakila tersenyum. "Bapak capek gak?" tanya Syakila sedikit berpaling agar dapat menatap ayahnya.

Pak Somad balas menatap Syakila, "Enggak, lihat depan kalau ada bengkel yang buka kasih tahu bapak." jawab Pak Somad.

Syakila mengangguk, "Iyah bapak." ucap Syakila kembali menatap lurus ke depan.

"Pak." panggil Syakila.

Pak Somad berdeham membalas Syakila.

"Ajarin Syakil bawa motor dong." pinta Syakila menatap ayahnya melalui kaca spion.

"Enggak." tolak Pak Somad cepat.

Syakila mencebikkan bibirnya sebal. "Kenapa sih pak? Kan kalau Syakil bisa bawa motor bapak gak perlu repot-repot antar-jemput Syakil. Ibu aja bisa bawa motor masa Syakil gak boleh sih?!" kata Syakila.

"Bapak gak repot tuh antar-jemput kamu. Lupa ya? Kalau dulu pernah di ajarin tapi jatuh terus nangis bilang gak mau belajar lagi."

"Itu kan dulu pak, sekarang Syakil udah bisa kok kalau bapak ajarin lagi."

"Enggak, kasian sepeda nganggur di rumah."

"Iiiiiihh... Bapak mah gitu."

"Ajarin dong pak."

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang