09. Di Pertemukan

4.8K 539 3
                                    

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Mungkin yang sebelumnya adalah ketidaksengajaan yang berujung akan sebuah garis takdir yang telah tercipta.

Al—FATIH

Nrfitri

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

Happy weekend 💃

***

Fatih baru tiba di rumah bertepatan dengan adzan maghrib berkumandang. Segera saja Fatih masuk ke dalam rumah dan langsung di sambut oleh sang Bunda begitu pintu rumah terbuka. Bunda berdiri berkacak pinggang melihat ke arah Fatih.

"Assalamu'alaikum." salam Fatih masuk ke dalam dan menutup pintunya.

"Wassalam'ualaikum, abang kenapa pulang telat?!" sembur Bunda dengan air muka yang tak bersahabat.

Fatih menggaruk lengannya, Fatih tidak melupakan janjinya kepada Bunda agar tidak pulang terlambat namun apalah dayanya karena kelalaiannya tidak melihat jam jadilah Fatih pulang terlambat.

"Maaf bun." ucap Fatih merasa bersalah.

Bunda menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"ke kamar bersih-bersih terus langsung siap-siap!" suruh Bunda dengan tatapan tajamnya.

Fatih mengangguk cepat,"Siap ibunda." setelah mengucapkan itu ia  langsung ngacir ke kamarnya.

Setelah bersih-bersih Fatih langsung menunaikan shalat maghrib, kali ini dia tidak shalat maghrib berjama'ah di masjid seperti biasa karena pulang terlambat. Setelah menunaikan shalat, Fatih berganti pakaian dengan menggunakan kemeja batik lengan panjang yang sudah di siapkan oleh Bunda yang di simpan di atas ranjang.

Fatih keluar dari kamarnya dan melangkah turun ke bawah. Di bawah sudah berkumpul Ayah, Bunda, Rama dan Zahra. Mereka semua tampak rapi dengan setelannya masing-masing.

"Nah, ini si abang udah turun." kata Ayah beranjak bangun.

Bunda tersenyum lebar menatap Fatih. Putra sulung tampak semakin tampan mengenakan setelan batik.

"Ayo kita berangkat sekarang. Ayah buah tangannya jangan lupa."

"Iya, sebentar ayah ambil."

"Bun, Yah. Sebenarnya ini kita mau ke mana sih buru-buru banget?" tanya Rama dengan wajah lempeng memeluk pinggang istrinya.

Sejak pulang dari masjid dan tanpa pemberitahuan apapun Zahra menyeret Rama agar segera bersiap-siap atas perintah Bunda, Zahra yang di tanyai oleh suaminya pun tidak dapat memberikan jawaban karena dia saja tidak tahu menahu dan hanya menuruti permintaan ibu mertuanya.

"Ke rumah calonnya abang." jawab Bunda singkat.

"Ha? Calon?" tanya Rama heran. Wajar kalau Rama sampai heran karena tidak ada yang memberitahunya tentang hal ini.

Bunda mengangguk,"Iyah, semoga beneran jadi istrinya abang. Ayah  buruan kita udah telat ini." kata  Bunda setengah berteriak memanggil sang suami.

"Iya, iya."

Ayah datang membawa buah tangan yang sudah di persiapkan oleh sang istri. Melihat sang suami, Bunda menggandeng lengan Fatih dan mengajaknya keluar. Buah tangan yang akan di bawa di masukkan ke dalam bagasi mobil. Di kursi tengah ada Bunda, Rama, dan Zahra. Sedangkan Fatih duduk di balik kemudi dan ayah di sampingnya. Mobil yang di kendarai oleh Fatih pun melaju meninggalkan rumah menuju tempat tujuan.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang