10. Ikatan

5.1K 500 8
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

Ketika adzan isya berkumandang para pria pamit pergi ke masjid untuk shalat isya sementara para perempuan menunaikan shalat isya di rumah. Sekembalinya para pria dari masjid, acara makan malam pun di mulai. Syakila nampak tidak berselera menghabiskan makanannya padahal biasanya dia selalu makan dengan lahap.

Syakila sesekali mencuri pandang ke arah Fatih yang duduk berseberangan dengannya, Fatih tidak duduk berhadapan dengannya jadi Syakila tidak langsung menatap ke arahnya ketika mengangkat wajah. Syakila dapat menilai, dari pembawaannya Fatih merupakan orang yang tenang dan tidak banyak bicara.

Karena tidak nafsu makan Syakila menyudahi makannya dengan cepat, dan ikut membantu sang ibu yang memindahkan piring kotor selesai makan malam dari meja membawanya ke dapur.

"Gimana?" tanya ibu tiba-tiba saat sedang membereskan piring-piring kotor di dapur.

Syakila menatap ibunya,"Gimana apanya sih bu?" tanya Syakila balik.

Ibu terkekeh kecil menatap putrinya. "Kamu bilang kalau ganteng gak akan nolak." goda ibu menyenggol lengan Syakila.

Wajah Syakila bersemu,"Iiih, ibuuuu." rengek Syakila tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang merona merah karena tangannya tengah sibuk membantu membilas piring yang habis di sabunkan oleh ibu.

"Kelihatannya baik juga. Kalem lagi nggak kayak kamu pecicilan. Kalau kamunya gak mau buat ibu aja deh." goda ibu semakin gencar.

"Ibuuuuuu ..."

Ibu tertawa sangat suka menggoda Syakila, wajah putrinya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Jawabannya kan ada di kamu, bukan di ibu. Kalau kamunya nolak yah gak papa, berarti belum jodoh. Tapi kamunya jangan nyesel yah."

Syakila memberengut menatap sebal ibunya. Katanya jawabannya terserah padanya tapi ibunya ini mengatakan agar dia tidak menyesal nantinya karena memberi penolakan. Bagaimana sih ibunya ini?

Ibu membasuh tangannya dan mengelap di handuk kering setelah selesai mencuci piring kotor."Ayo buruan, gak enak kalau tamunya di tinggal lama-lama." kata ibu.

Syakila mengangguk, membersihkan tangannya dan mengelapnya dengan handuk kering kemudian mengikuti ibunya berjalan menuju ruang tamu.
Syakila ikut duduk di samping ibunya.

***

"Jadi begini Syakil, Ayah nak Fatih dan bapak merencanakan perjodohan atas kalian. Kami ingin kalian memiliki hubungan yang serius yaitu pernikahan. Tapi kami nggak akan memaksa, baik Syakil dan nak Fatih bisa menolak." kata Pak Somad menatap Syakila dan Fatih bergantian.

"Alangkah senangnya kalau kalian sama-sama menerima tanpa adanya paksaan atau berat hati. Kami sama-sama ingin yang terbaik." sambung Ayah menatap Fatih dengan senyuman.

Fatih balas menatap ayahnya, Fatih tahu itu bukan sekedar harapan namun ingin menjadikannya sebagai sebuah kenyataan. Fatih beralih menatap ke arah Pak Somad yang menunjukkan pengharapan di sana, di tatapnya perempuan yang setia menyembunyikan wajahnya. Fatih merasakan remasan di tangannya, Bunda yang melakukannya.

Fatih menarik napas entah kenapa dadanya berdebar kencang. Dan tiba-tiba pun dia menjadi gugup. Bismillah."InsyaAllah, saya nggak merasa keberatan." ucap Fatih membuat Ayah dan Bunda tersenyum lega.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang