Setiap sesuatu mempunyai porsinya masing-masing, perolehlah sesuatu itu yang sesuai dengan kemampuan. Sehingga kelak tak ada rasa yang memberatkan di kemudian karena memaksa untuk melebihi kapasitas.
Al—FATIH
Nrfitri
Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
***
Pernikahan. Rasanya membayangkan saja sudah cukup mendebarkan apalagi jika kita lah yang menjadi pengantinnya. Kalau di tanya pernikahan seperti apa yang di impikan, jawabannya tidak lah muluk-muluk. Hanya menginginkan sebuah kesederhanaan di atas kesakralan ikatan suci. Bukankah yang terpenting dari sebuah pernikahan adalah sebuah kata sah dari para saksi? Lantas untuk apa menghamburkan banyak uang hanya untuk acara yang berlangsung beberapa jam saja dalam sehari. Iya, setiap orang pasti mempunyai impiannya masing-masing akan sebuah pernikahan.
Wedding dream lah istilahnya.
Tetapi perlu di ingat, janganlah menghabiskan sesuatu yang tidak sesuai dengan porsinya. Lakukan sesuatu yang memang benar-benar akan berguna, jangan karena menginginkan pernikahan yang meriah, setelah acara selesai malah sibuk memikirkan menutupi pengeluaran yang tidak sesuai dengan keuangan masing-masing. Daripada di pusingkan oleh hutang-piutang bukankah lebih baik bila sesuatu itu adalah sesuai dengan kemampuan? Jadi tidak lagi bingung untuk menutup lubang yang lain. Karena ada banyak kebutuhan lain setelah menikah nanti.
Dalam balutan kesederhanaan prosesi akad nikah di langsungkan di sebuah masjid yang tidak jauh dari kediaman masing-masing mempelai. Sebelum ijab dan kabul di ikrarkan, lebih dulu di mulai dengan pembacaan lantunan surah An-Nisa yang merupakan mahar pernikahan untuk pengantin wanita. Di saksikan oleh penghulu, saksi, keluarga juga tamu yang hadir Fatih melantunkan surah An-Nisa dengan suaranya yang merdu yang mampu menggetarkan hati setiap yang mendengarnya. Tidak banyak yang tahu jika Fatih adalah seorang Qari, dia pun dalam diamnya mengamalkan Al-qur’an dengan hafalannya. Jadi ketika Syakila meminta mahar surah An-Nisa tentu saja Fatih langsung menyanggupinya.
Syakila yang berada di sebuah ruangan berbeda di dalam masjid tersebut. Hatinya terasa di lingkupi rasa hangat dan tak kuasa untuk tidak menitikkan air matanya mendengar suara merdu tersebut. Teringat dulu saat Syakila berangan-angan kelak ia akan menikahi sosok yang mampu memberinya surah An-Nisa sebagai maharnya, Syakila suka acap kali mendengar surah tersebut di bacakan. Selain itu An-Nisa berarti wanita, dan ada banyak keagungan di dalamnya yang menerangkan tentang hukum-hukum keluarga, hak perempuan, kewajiban manusia dan urusan sosial kemasyarakatan.
Syakila tidak pernah menyangka angan-angannya dahulu menjadi kenyataan, dengan perasaan membuncah mendengarkan secara langsung sang calon imam melantunkan surah An-Nisa untuknya dan tersenyum bahagia setelah lantunan surah tersebut selesai.
Fatih mengusap wajahnya sesaat setelah surah An-Nisa yang di lantunkannya selesai. Jujur saja, selama melantunkan surah An-Nisa jantungnya tidak berhenti berpacu kencang. Apalagi ada banyak orang yang menyaksikannya. Rasa gugupnya bertambah berkali-kali lipat namun setelah selesai seolah himpitan sesak di dadanya terangkat sempurna.
"Maharnya sudah, sekarang bisa kita mulai ijab dan kabulnya?" tanya penghulu.
Fatih mengangguk kecil dan rasa itu kembali datang kala netranya bertemu dengan netra Pak Somad yang sebentar lagi resmi menjadi ayah mertuanya. Pak Somad tersenyum menatap Fatih lalu mengulurkan tangannya ke hadapannya Fatih yang langsung di sambut oleh Fatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL - FATIH [SELESAI]
Tâm linhRomansa Spin-off : Marry Me! Shafara (MMS) *** Kisah ini bukan mengisahkan tentang Muhammad Al-Fatih 'Sang penakluk' medan perang. Melainkan seorang pemuda yang memiliki nama yang serupa namun tak sama. Dialah, Muhammad Al-Fatih Ghazwan. Seorang...