14. Cikal - Bakal Jadi Istri

4.9K 475 10
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Syakila menatap ibunya dengan penuh perhatian di tangannya ada sebuah buku kecil dan pena yang Syakila gunakan untuk mencatat setiap apa yang di anggapnya penting.
Sejak seminggu lalu Syakila mulai belajar cikal-bakal menjadi istri yang baik yang dimentori langsung oleh ibunya tercinta. Sebenarnya bukan keinginan Syakila melainkan ibunya yang memaksa agar Syakila paham betul seluk-beluk mengurus rumah dan menyenangkan suami.

Syakila meletakkan penanya di pelipis dengan kening berkerut. "Ibu pelan-pelan dong, Syakil ketinggalan banyak nih." kata Syakila karena ibunya menjelaskan dengan cepat membuat Syakila kebingungan.

Ibu menatap Syakila gemas padahal masih banyak yang harus Syakila pelajari. "Pasang telinga baik-baik ibu gak mau ulang lagi kalau kamunya tetinggalan. Nih yah, ibu ulang wajan yang pantatnya item begini tuh kamu pakein serbuk ini dulu biar balik kinclong lagi." kata ibu menjelaskan lagi sambil memberi contoh untuk di lihat oleh putrinya.

Syakila mengangguk-angguk, mulai mengerti. Diapun menuliskan apa yang ibunya jelaskan tadi di buku kecil miliknya.

"Terus?"

Ibu memiringkan tubuhnya melihat Syakila. "Nih, belajar coba. Ibu mau lihat." kata ibu bangun dari tempatnya.

"Ih, gak mau nanti kotor."

"Niat belajar gak sih Syakil? Praktik itu lebih penting dibanding teori. Sudah sana cepetan ibu mau lihat kamu bisa gak bersihinnya."

Syakila pasrah, dia menggulung lengan panjangnya sebatas siku lalu duduk di kursi plastik. Syakila mengangkat wajan yang pantatnya hitam luar biasa. Kemudian mengambil serbuk yang terasa kasar di tangannya dan mengoleskannya ke pantat wajan yang hitam itu.

"Gosok yang kenceng."

"Ini udah kenceng."

"Lebih kenceng dong, kalau gitu mah kapan bersihnya."

Syakila mengerahkan tenaganya menggosok pantat wajan tersebut. Tangannya pun ikutan hitam sekarang. Syakila mencuci wajan tersebut di air mengalir, senyumnya mengembang kala mendapati wajan yang semula hitam kini telah kembali kinclong.

"Ibu beneeeer, wajannya bersih lagi."

"Kan, apa ibu bilang."

"Serbuknya ajaib banget."

Ibu mengangguk-angguk berjalan ke belakang dan kembali lagi dengan wajan-wajan yang lain di tangannya.

"Nah sekarang kamu juga bersihin ini semua sampai balik kinclong lagi."

"Semua?"

Ibu mengangguk, "Iyaaaaah." ucap ibu mantap.

"Ibu mau ke depan dulu, acara tv kesukaan ibu udah tayang. Cuci yang bersih yah Syakil."lanjut ibu kemudian berlalu menuju depan.

Syakila menggembungkan pipinya kesal, ternyata oh ternyata ibunya tengah mengerjainya sekarang dan Syakila baru sadar akan itu.

"Ibuuuuuuuuu." pekik Syakila kesal.

"Cepetan kerjain, habis ini masih banyak hal yang perlu kamu pelajari Syakil."

"Ini mah ibu kerjain aku!"

"Halah, gitu aja ngeluh."

Syakila cemberut, dengan berat hati tangannya mengambil salah satu wajan dan mengolesinya dengan serbuk ajaib. Hal itu Syakila lakukan berulang kali sampai semua wajan dengan pantat hitam luar biasa kembali kinclong seperti semula.

AL - FATIH [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang