4 - Tawuran

28 7 0
                                    

"Hidup di dunia bagai hidup di neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup di dunia bagai hidup di neraka. Badan baik-baik saja tapi hati terbakar."

****

Sepulang sekolah Ellen numpang pulang di mobil Gian. Berbeda dengan Nabel dan Yuna yang sudah pulang duluan karena dijemput Papa mereka. Seperti biasa, tangan kanannya memegang permen lolipop yang selalu dijilat setiap detik.

Keduanya tidak bisa hening. Sama-sama berceloteh membicarakan apapun walau itu nggak penting.

"Sumpah malu banget gue Ian, pasti si Zha marah sama gue. Kalau marah si gapapa tapi kalau dia ngiranya gue caper sama dia gimana?" ricau Ellen, mulutnya tidak bisa bungkam kecuali malam hari.

"Lagian sih lo ceroboh, gue sama duo cabe aja sabar nungguin."

"Habisnya kesel gue sama Mbak Gita, lama banget nganterinnya!"

"Serem kan akibatnya!"

Ellen menjambak rambutnya prustasi, hati dan pikirannya tidak tenang sejak kejadian memalukan itu terjadi. Sialan!

Saat santainya mobil Gian melaju, tiba-tiba terhenti. " kenapa berhenti?"

Permen lopipop Ellen sampai jatuh ke bawah dan untungnya Gian tidak menyadarinya. Siap-siap kalau sebentar lagi mobilnya akan menjadi sarang semut.

Gian menunjuk ke arah depan. Aksi tawuran itu berlangsung di depan SMAKAR  "Lihat deh, ada yang lagi tawuran,"

Ellen membelalak kaget. "Itu kan bet sekolah kita?"

"Wah genknya si Renal tuh," lanjut Ellen. Dia tidak bisa diam saja, mengeluarkan ponselnya lalu memotret hal itu lewat kaca mobil.

"Ngapain sieh di poto segala?" heran Gian.

"Gue laporin ke guru BK biar mampus mereka!"

"Mau laporin via WhatsApp atau besok aja di sekolah?"

"WhatsApp lah gue kan punya nomor Pak Danang," sahut Ellen sambil menahan senyum. Tak sabaran besok ingin melihat mereka di sekolah, diapain sama Pak Danang.

"Ian, kita puter arah aja deh cari aman gue gamau mereka lihat kita melintas ke depan mereka!"

"Ok,"

Mobil Gian balik arah sebelum mereka menyadari mobilnya terhenti di sana, ntar ketahuan kalau mereka lagi mata-matain!

****

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang