48. Satu Syarat

10 5 1
                                    

"Gini ya, orang hidup itu kan punya pilihan. Kita harus punya tujuan ke depannya mau jadi apa sebelum semuanya terlambat."

*****

Semilir angin merasuk tubuh Ellen. Cuaca hari ini mendadak mendung, awan cerah pun sangat gelap. Sepertinya hujan deras akan mengguyur bumi.

Ellen memeluk tubuhnya sembari berjalan menelusiri koridor, sepulang sekolah. Ia akan menunggu Zha di parkiran untuk pulang bareng. Tapi, setelahnya ia ke parkiran Zha belum bertengger di motornya. Sedangkan petir menggelegar dengan keras.

TIN ... TIN...

Klakson mobil di sebelah barat berbunyi  berkali-kali. Ellen berjalan mendekati gerbang. Tak lama, mobil itu berhenti di sampingnya.

"Silahkan masuk Tuan puteri!" seseorang membukakan pintu mobil setelah mengitarinya.

"Ih ko gak bilang kalau lo bawa mobil?" gerutu Ellen kesal.

"Salah sendiri, gue chat dari pagi gak di bales."

"Kan gue mau fokus. Gue tahan, gak pegang hp selama 4 hari."

"Kalau gue kangen malem-malem gimana?"

"Dateng ke rumah cowok mah, jentle!"

"Bawel!"

"Bodomat!"

"Lo mampir dulu ke rumah gue ya. Gue mau masak spesial buat lo hari ini." Ellen menatap Zha penuh makna.

"Emang bisa?"

"Bisalah, gini-gini gue calon istri idaman."

"Masa?"

"Bodo."

"Zha berhenti dulu."

"Mau apa?"

"Berhenti dulu nyetirnya," rengek Ellen sambil manyun.

Zha menghentikan mobilnya sejenak. Pacarnya itu menang aneh.

"Tuker posisi."

"Gimana?"

"Tuker posisi, gue di sana lo di sini."

"Nggak boleh."

"Ayoih Zha,"

"Gue gamau kenapa-napa, gimana kalau nanti nabrak tihang listrik?"

"Zha ..." Ellen menghela nafas gusar. "Plis untuk kali ini aja."

"Oke. Tapi satu syarat."

"Apa?"

"Hati-hati, pelan aja."

"Okey. Makasih Zha."

"Sayang bukan Zha!"

"Hah?"

"Iya Zha... Eh iya sayang."

CUP!

Satu kecupan mendarat di kening gadis itu. Sontak Ellen kaget. Badannya panas dingin, dan pipinya merona merah sangat jelas. Bibir Zha sangat lembut...

"Zha ... " Ellen menyentuh bekas kecupan di keningnya.

"Mau lagi?"

"Gak!"

"Gini emang rasanya dicium?" Ellen kadang polos.

"Pernah pacaran berapa kali?" Zha balik bertanya.

"Apasi kepo ih," ketus Ellen.

"Jujur aja."

"Sepuluh!"

Zha tertawa renyah. "Sepuluh kali pacaran ngapain aja?"

"Ko nyeselin sih? Buru ah tuker posisi."

Sebelum gadis itu berubah jadi macan lepas kandang, Zha menurutinya. Keduanya keluar untuk bertukar posisi. Ellen duduk di bangku kemudi dan Zha di sisinya.

"Cita-cita lo apa?" Zha.

"Gatau."

"Gini ya, orang hidup itu kan punya pilihan. Kita harus punya tujuan ke depannya mau jadi apa sebelum semuanya terlambat."

"Banyak sih,"

"Salah satunya?"

"Jadi istri lo."

DEG!

Zha mendadak bisu. Detak jantungnya sudah tak setenang tadi. Tersenyum ke arah gadisnya lalu mencubit pipinya gemas.

"Aw sakit tau ih ko galak?" rengek manja Ellem.

"Kalau mau jadi istri gue lo harus punya cita-cita yang jelas."




********

Ini part pendek.😝

Vote dan komentar yang banyak. ❤❤

SEE U 😍

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang