43. Kejutan Mendadak

13 3 2
                                    

Happy saturday ❤

Maafkan Aku yang telah lama menghilang, dengan kesibukan dunia nyata. 💐

Sebenarnya kata tidak ada kata sibuk tergantung prioritas itu benar. Hanya saja Aku sedang tidak ada mood untuk menulis. Bukan berarti kalian bukan prioritasku yaa. Daripada  aku maksain nulis  dan tulisannya ancur, lebih baik tunggu mood membaik.❤

HAPPY READING👑👑

_______________________________

"Bener. Gue mencintai lo karena fisik. Karena lo ganteng its okay. Gak dosa kan gue mencintai lo karena fisik?"

*****

Sebuah buket cantik ada di atas meja Ellen. Anak sekelas menatap curiga benda itu dengan tatapan bertanya-tanya. Dari siapa buket itu, dan mengapa bisa ada di sini? 

Pasalnya, kelas Ellen telah melaksanakan jam tambahan mapel PJOK di gedung olahraga. Setengah dari seluruhnya bisik-bisik.

"Jangan-jangan itu buket dari si Resma buat lo Vin!" bisik Anara—teman baru Ellen.

"Ah, masa nyasar di meja Ellen. Gak mungkin sekali epribadeh," tolak Vina dengan gelagat tak percaya.

Dengan langkah gesit, Ellen mengambil buket merah maroon yang terbuat dari kertas di bentuk sedemikian rupa.

Dari Pengagum Rahasia.

Kedua matanya terbelalak kaget, dan pikirannya bercabang ke mana-mana. Sudah melakukan apa dirinya sampai dapat buket berisi lolipop penuh? Jail banget yang ngasih, mau Ellen kena diabetes apa?

Sudah buket, masih banyak lagi cokelat dan roti kesukaannya yang sering ia beli di koperasi pas istirahat. "Gila, siapa pelaku dibalik layar ini?"

"Len, jangan main ambil lalu telen,takutnya itu jebakan dari orang pemakai pesugihan dan ingin numbalin lo," celetuk Arkan.

"Allahuakbar." Ellen kaget. Sampai buket di tangannya jatuh ke lantai.

Temen sekelasnya menatap Ellen heran. Gadis itu segera memasukkan lolipop dan semua yang ada di kolong meja. "Lo kenapa Len?" Wahfi. Ellen menggelengkan kepala, lalu senyum canggung.

Satu orang cowok tengah berdiri dengan melipat kedua tangan depan dada, berdiri di lawang pintu yang setengah terbuka. Raut wajahnya tidak lagi terkesan dingin. Menyebalkan.

"Woy ngapain di sini lo, salah alamat," celetuk siswa bernama Regan.

"Kepo!"

"Zha, lo ke sini?" Ellen menghampiri Zha setengah panik. Sebentar lagi bu Ayus akan masuk untuk mengisi jadwal pengayaan bahasa Inggris.

Zha kemberi isyarat untuk mendekat. Telinga Ellen sangat dekat dengan bibir Zha!"

"Semoga suka buketnya."

"Oh, jadi lo orang tersembunyi di balik buket itu?"

"Iya."

"Gue gak lagi ultah!"

"Gue gak ngasih lo kado!"

"Terus lo ngasih harapan ke gue?" Zha diam sejenak. Ditatapnya wajah Ellen lekat. Penuh kedamaian dan seribu kebaikan tersembunyi di dalam dirinya.

"Nggak."

"Terus?"

"Gue cuma mau, orang yang gue sayang bahagia."

"Gak usah ngasih harapan palsu Zha, kalau kenyataannya lo nggak beneran suka."

"Gue nggak ngasih harapan palsu."

"Gue ngasih buket itu biar lo seneng."

"Gue seneng ko."

"Bagus."

"Apanya yang bagus?"

"Ya, bagus kalau lo suka."

"Gue mau secepatnya." Zha.

"Secepatnya apa?" Ellen menautkan kedua alisnya bingung.

"Secepatnya lo jadi milik gue."

Bunga-bunga berhamburan indah menaburi keduanya. Seolah mereka adalah dua manusia yang paling bahagia hari Ini. Tapi ... Sayangnya ini hanya haluan Ellen.

"Lo, bagai duri dalam daging."

"Gimana?"

"Yang menyakitkan hati dan selalu mengganggu pikiran."

"Kalau bisa sih gue pengen buang lo jauh-jaih dari pikiran. Tapi susah!" Perkataan Ellen kali ini menusuk hati Zha.

"Salah siapa duka duluan sama gue?"

"Tapi lo buat baper."

"Lo jatuh cinta karena fisik Len. Cara kita saling mencintai itu beda."

"Lo cinta gue karena fisik. Dan gue cinta ke lo karena hati. Kalau saja gue mencintai lo karena fisik itu mustahil. Karena lo adalah sakit hati yang tak disengaja, lo bener-bdner mirip Alisa. Dan pada akhirnya rasa sakit itu mulai hilang."

Saat itu juga Ellen hanya bungkam. Lidahnya jadi kelu untuk berkata apapun. Memang fakta Ellen mencintainya karena fisik. Karena wajah tampan Zha.

"Bener. Gue mencintai lo karena fisik. Karena lo ganteng its okay. Gak dosa kan gue mencintai lo karena fisik?"

Zha tertawa renyah. Mendadak gemas. "Selera lo tinggi ternyata."

"Iyalah."

"Kan kalau gue sakit gak usah jauh-jauh ke rumah sakit. Ada bunda Sri." Detik berikutnya Ellen membekap mulutnya.

Zha langsung membawa badan mungil Ellen ke dalam pangkuannya. Di gendomg seperti bayi lalu berputar sambil tertawa bahagia.

"ZHAAA TAKUTTT!"

"LEPASSIIN!"

"Gue gaakan lepasin tapi lo jawab pertanyaan gue saat ini juga." Ellen mengangguk.

"Mau gak lo jadi pacar gue?"

===============================

TUNGGU PART SELANJUTNYAAA❤❤👑

Garfanzha (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang