"Dasarnya manusia, hati dan mulut itu saling bertolak belakang. Sekuat apapun mulut berkata tetap hati kecil yang menjadi nyata."*****
BRAAKKHH ...Sebuah buku tebal mendarat tepat di meja Zha. Semua anak kelas 11 Ipa A memamdang ke arah depan dengan kaget. Barusan Ellen yang melakukan itu.
Ellen sangat kesal sama cowok bernama Zha itu. Sikapnya selalu saja membuat darahnya naik. Dari awal cowok itu masuk sekolah ini, Ellen sudah dibuat kesal olehnya. So cuek dan so cool pikir Ellen.
"GUE KESEL SAMA LO ZHA!" Ellen meluapkan semuanya. Seolah Zha pernah melakukan kesalahan besar padanya.
Zha menatap sinis gadis itu, lalu mengambil buku tebal itu dengan cekatan. Zha berdiri lalu menghampiri cowok itu dengan wajah sinis.
"Lo gila?" tanya Zha dengan nada sarkastis. Susasana kelas makin ricuh karena adegan seru ini.
"Gue nggak gila, lo yang gila kenapa lo berani banget ngajak ribut seorang ketua osis?" Ellen mengintrogasi.
Zha manggut-manggut. Lalu tersenyum smirk. "Bukan urusan lo!"
Ellen menganga dan menatap Zha dengan penuh kesal. Sumpah, cowok dihadapannya ini sangat keras kepala. Tapi melihat iris mata Zha yang indah, membuat Ellen merasa adem dan nyaman. Tapi ...
"Keluar," usir Zha dengan tegas.
Renal kini terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan di sini. Ditatapnya mereka berdua dengan heran. Mengapa Ellen bisa ada di sini?
"Len lo ngapain di sini?" Renal menyernyitkan dahinya bingung.
Bukannya menjawab, Ellen menatap Zha dengan tatapan penuh kekesalan begitu juga dengan Ellen. Keduanya sama-sama menatap penuh kesal.
"Buruan masuk kelas Len, bentar lagi masuk!" Renal memperingati. Ellen menatap jam tangannya.
Sebelum pergi dari kelas Zha, Ellen mendekati Zha semakin mendekat, semakin mendekat dan ...
Ellen menginjak sepatu Zha dengan nafsu. Rasa kesal cewek itu semakin naik pitam, kalau bisa Ellen ingin mencakar-cakar wajahnya. Tapi sayangnya wajah Zha penuh luka. Dan akhirnya sedikit mengurungkan niat Ellen untuk mencakar-cakarnya.
"Cewek gila!" Zha bergidik ngeri mendapati sikap gajelas yang dilakukan Ellen padanya.
"Jangan katain dia gila. Temen gue," bela Renal terang-terangan.
"Gue peduli?"
"Seenggaknya lo hargai dia karena perempuan!"
"Semua orang sama aja."
"Maksud lo?"
"Nggak."
Zha keluar kelas lalu menutup pintu kelas dengan kasar. Rasanya setiap hari pembawaannya emosi, emosi, dan emosi. Seperti perempuan sedang PMS.
Kebahagiaan dan semangatnya sudah hilang. Mentalnya hampir jatuh sejatuh-jatuhnya. Kehilangan sosok yang paling disayangi membuatnya sangat down. Zha tidak ingin lagi deket dengan perempuan manapun dan siapapun. Dia takut hal yang sama akan terulang kembali.
Zha berjalan menyusuri koridor. Sesaat langkahnya terhenti melihat dua orang gadis sedang bercengkrama. Zha berdiri dibalik tembok karena ia tahu gadis itu menyukainya dan akan mengejarnya jika melihat keberadaannya. Seperti dimana ada garam disitu ada micin.
"Zha masih marah sama Ellen kayaknya, karena akun palsu itu," sorak Tanti dengan menambahkan bedak tebal di wajahnya.
"Bagus Tan ide lo, btw makin banyak yang komentar kan?" Salma antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garfanzha (TERBIT)
Teen FictionKita itu seperti pesawat dan langit. Bertemu, namun hanya sekilas. ****** Rhaefal Garfanzha, memiliki masalalu yang buruk sehingga membuatnya trauma akan masalah percintaan. Karena masalalunya Rhaefal menjadi broken home, pemberontak dan cowok berma...